Hapuslah air matamu Ibu Pertiwi
Biarkan kami yang bermandi peluh,
bermandi debu dan bermandi lumpur
Biarkan kami yang akan menggendong duka dan laramu
Biarkan kami yang akan memikul semua ini

Tetap Semangat Wahai Anak Bangsa !!!
SEPERTI BURUNG ELANG,
JIKA INGIN TERBANG AKAN BELAJAR TERUS MENERUS SEBELUM BISA MENEMBUS ANGKASA RAYA...
ITULAH PG dan juga para PETUALANG SEJATI

05 November 2009

Rusa Liar dan Babi Hutan Serbu Perkampungan Penduduk

Oleh : Johan Pers

Perkampungan penduduk yang berlokasi tidak jauh dari hutan di sepanjang perbatasan Kab. Cirebon-Kuningan kini kerap kali didatangi kawanan rusa liar dan babi hutan. Penyerbuan kawanan hewan liar itu menandakan musim kemarau panjang di wilayah tersebut sudah sangat parah.
Berdasarkan pengamatan "MD", kemarau panjang membuat pohon di perbukitan mengering. Tidak adanya makanan bagi hewan yang biasa didapat di perbukitan mendorong satwa liar tersebut "turun gunung" dari daerah perbatasan wilayah Cirebon timur dengan Kuningan.
Selain tidak ada makanan, persediaan air di perbukitan juga habis. Mata air yang selama ini menjadi sumber bagi rusa dan babi hutan untuk melepas rasa haus juga telah mengering. Dalam seminggu ini terjadi beberapa kali penyerbuan kawanan rusa liar dan babi hutan alias celeng atau "bagong". Pemukiman yang menjadi sasaran bukan hanya yang berada di lembah perbukitan, tetapi juga sampai wilayah yang jauh dari perbukitan.
Seperti di Desa Kubangdeleg, Kec. Karangwareng, pemukiman penduduknya telah diserbu beberapa kali. Belum lama ini, sekawanan rusa masuk pemukiman penduduk, tiga diantaranya sempat dikepung. Dua ekor lolos, sedangkan satu ekor rusa tertangkap karena terperosok di sumur penduduk. Sebelumnya, sekawanan babi hutan lebih dulu masuk ke pemukiman penduduk pada malam hari.
Satu ekor diantaranya, berukuran cukup besar mati setelah tertabrak bus malam yang melalui Jl Raya Waled-Sindanglaut. Warga sempat mengira babi ngepet atau babi jadi-jadian, namun setelah diteliti, dipastikan hewan itu babi hutan yang terjebak di jalan raya dan tertabrak bus.
"Tidak hanya malam, kawanan hewan itu sering masuk pada siang hari. Kawanan itu bisa sampai pemukiman penduduk di Kubangdeleg yang jauh dari perbukitan," tutur Kuwu Kubangdeleg, H. Richyadi, akhir pekan kemarin.
Selain Kubangdeleg, perkampungan di lembah perbukitan paling sering diserbu kawanan hewan liar seperti di Desa Seuseupan, Kec. Sedong dan desa-desa di Waled. Bahkan pernah penduduknya, dalam sehari bisa menangkap tiga ekor rusa yang terpisah dari rombongan kawanan hewan itu.
Richyadi menuturkan, sering masuknya kawanan hewan liar menjadi pertanda kalau kekeringan sudah sangat parah. Hewan-hewan itu tidak akan masuk ke pemukiman penduduk bila di perbukitan masih ada air dan makanan.
"Kekeringan parah menjadi penyebab nekadnya kawanan hewan liar itu masuk ke pemukiman. Yang mereka serbu itu biasanya sumur atau ladang palawija," tutur dia.
Dituturkan, sepekan ini, warganya dicekam ketakutan. Sebab bila kemarau makin parah, hewan liar itu bisa masuk dalam jumlah besar, hewan-hewan itu juga bisa menyerang penduduk.
"Hewan itu sudah nekad sampai jauh masuk ke pemukiman. Ini karena ladang-ladang warga juga ikut kekeringan. Biasanya sasaran mereka ladang di lembah bukit. Namun karena ladang juga kering dan tidak ada tanaman yang hidup, hewan itupun nekad masuk ke pemukiman penduduk yang jauh. Saya minta penduduk waspada bila kawanan itu datang dalam jumlah besar," tutur Richyadi.




MENELUSUR GUA (CAVING)


Oleh : dr E Frank Touw

Gua sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Hal ini mudah ditelusuri dari gambar-gambar di dalam gua yang pernah dihuni manusia prasejarah. Saat ini memasuki gua bisa sekedar rekreasi, hobi atau obyek penelitian. Dengantingkat kesulitan sangat rendah, seperti gua Jatijajar Jawa Tengah, sampai yang sulit dan memerlukan alat-alat dan keterampilan khusus.

Keselamatan dan keamanan memasuki gua sangat tergantung dari manusianya sendiri. Di Indonesia sampai saat ini belum ada tim rescue gua (cave rescue), sehingga bila ada kecelakaan digua sangat sulit menanganinya. Untuk itulah sebaiknya setiap penelusur gua menyadari kemampuan pribadi dan timnya. Kegiatan ini bukan merupakan kegiatan individual tetapi harus bersama tim.

Kemapuan juga harus ditunjang peralatanyang baik dan sering berlatih dengan orang yang terlatih. Untuk itu HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) telah membuat singkatan yang mudah kita hapal.


K emana Anda pergi memasuki gua, beritahu sanak saudara, teman: kapan pergi; kemana;dimana; kapan pulangnya.

E mpat orang adalah jumlah minimal yang dianggap aman untuk menulusuri gua. Apabila seorang mendapat musibah, satu menemani, dua keluar untuk mencari bantuan.

A lat-alat yang dibawa harus memadai dan setiap anggota tim memahami betul cara memakai setiap alat.

M
embawa tiga sumber cahaya, lengkap dengan cadangannya. Ini syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar.

A jak selalu seorang yang telah berpengalaman dalam teknik menelusuri gua dan mengetahui dengan baik lingkungan gua.

N apas sesak dan tersengal-sengal merupakan pertanda gua penuh gas CO2, karenanya harus segera ditinggalkan.

A
kal sehat, keterampilan, persiapan matang, perhitungan yang tepat serta pengalaman menjadi pegangan penelusuran gua, bukan nasib atau adu keberanian/kenekatan.

N aluri keselamatan yang ada pada setiap manusia, harus dikembangkan dan diperhatikan, karena seringkali menjadi faktor pengaman yang ampuh.

KONSERVASI

Selain faktor manusia, juga keadaan gua itu sendiri. Sebab lingkungan gua banyak yang sensitif/peka, sehingga tidak bijaksana bila hanya memperhatikan faktor manusianya saja. Untuk menjaga keutuhan gua dan lingkungan hapalkan singkatan ini:

K epekaan gua dan lingkungan terhadap setiap bentuk pencemaran harus selalu diperhatikan setiap penelusur gua.

O toritas yang berwenag dalam konservasi alam hendaknya dihunugi untuk diajak bekerjasama.

N asihat para ilmuwan dan saran mereka senantiasa harus diperhatikan dan dijadikan nara sumber.

S umber daya air, biota, formasi dsan sedimen gua perlu dijaga kelestariannya.

E kologi didalam dan diluar gua erat hubungannya dan berada dalam keseimbangan dinamis.

R ehabilitasi kerusakan gua dan lingkungannya sangat mustahil dilakukan.

V andalisme sangat merusak gua dan ligkungannya, jadi harus secara aktif ditentang dan dihindari.

A mankan gua dan lingkungannya, agar terbebas dari coretan, kotoran dan sampah.

S adarkan semua pihak akan pentingnya sebagian besar gua sebagai sumberdaya alam yang perlu dilindungi.

I
nisatif ikut menjaga kelestarian gua dan lingkungannya, besar artinya bagi nusa, bangsa dan generasi yang akan datang.



Kedua pegangan diatas (KEAMANAN dan KONSERVASI) disertai peralatan memadai serta disiplin diri yang tinggi, akan membuat penelusuran gua menjadi menarik unuk dilaksanakan. Tapi setiap kecelakaan, sudah merupakan kegagalan dalam menikmati penelusuran gua.

PERALATAN


Seperti kegiatan dialam bebas, peralatan dapat dibagi atas perelengkapan pribadi dan tim. Sifat gua apakah horizontal atau vertikal masing-masing menuntut peralatan yang sedikit berbeda.

Perlengkapan Pribadi
: helm, lampu, coverall, sepatu, kantung perlengkapan, harnes dada, harnes duduk, carabineur, descendeur, ascendeur, croll, sarung tangan, tempat air minum,peluit,kantung tidur, makanan, buku catatan disimpan dalam kantung yang kedap air.

Perlengkapan Tim
: tackel bag, tali, lat masak/alat makan, survival kit, alat pemetaan, alat dokumentasi, alat rock climbing dan kotak P3K.

bersambung......
Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP
Ad
Ad