Hapuslah air matamu Ibu Pertiwi
Biarkan kami yang bermandi peluh,
bermandi debu dan bermandi lumpur
Biarkan kami yang akan menggendong duka dan laramu
Biarkan kami yang akan memikul semua ini

Tetap Semangat Wahai Anak Bangsa !!!
SEPERTI BURUNG ELANG,
JIKA INGIN TERBANG AKAN BELAJAR TERUS MENERUS SEBELUM BISA MENEMBUS ANGKASA RAYA...
ITULAH PG dan juga para PETUALANG SEJATI

03 Desember 2009

Dari Latihan Tim Rescue Basarnas 2009





Rescuer Basarnas Tingkatkan Skill

BUKAN REBUTAN ISI PLASTIK KRESEK: Empat tim rescue menunjukan ekspresinya di ketinggian 1700 Gunung Salak. Foto: agus basori

JAKARTA – Musibah tak bisa diprediksi. Celakanya, intensitas musibah, baik di darat, laut, maupun udara semakin tinggi. Jenis-jenis musibahnya juga semakin kompleks. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Mulai kegagalan teknologi, faktor alam, hingga human error. Yang pasti, selalu ada korban didalamnya. Dan, penanganan korban itu membutuhkan kemampuan yang spesifik. Nah, institusi pemerintah yang berkompenten dalam hal pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue) adalah Badan SAR Nasional (Basarnas).

Setelah resmi menjadi Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) sesuai Kepres No. 99 Tahun 2007, Basarnas terus meningkatkan eksistensinya. Salah satunya dengan menggelar kegiatan latihan tim rescue. Latihan selama 8 hari, mulai Jumat (5/6) - Jumat (12/6) itu terpusat di kawasan BUPERTA Cibubur, Gunung Salak, dan Kolam Renang Wiladatika. Pesertanya, 30 rescuer dari Kantor Pusat Basarnas dan Kantor SAR Jakarta.

Pelatihan dibuka oleh Kasubdit Perencanaan Diklat Drs Darmawan MM mewakili Direktur Diklat dan Pemasyarakatan SAR, Laksma TNI Bambang Riswanto.

“Tujuan latihan ini untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan atau kompetensi yang telah dimiliki oleh tim rescue di lingkungan Basarnas,” tandasnya.

Ya, rescuer adalah salah satu ujung tombak dalam setiap operasi SAR. Rescuer harus siaga, siap operasi setiap saat, dan harus memiliki skill yang mumpuni.

“Latihan ini juga menjadi upaya pembinaan berkelanjutan untuk menjawab visi dan misi Basarnas ke depan, terutama dalam mengantisipasi jenis bencana atau musibah yang sering terjadi khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” tandas Noer Isrodin, selaku ketua panitia pelaksana.

Beberapa materi yang didalami meliputi peningkatan kondisi fisik, penanganan kecelakaan kendaraan, jungle rescue, water rescue, high angle rescue, dan heli rescue.

Peningkatan kondisi fisik mencakup latihan peningkatan sistem kardio vaskuler; latihan peningkatan kecepatan, kekuatan dan daya tahan otot. High angle rescue (pertolongan di ketinggian/medan vertical) meliputi tali dan simpul, penggunaan tripod dan larkin rescue frame, anchoring/belaying, ascend dan descend (menaikan dan menurunkan korban), serta exercise. Road Accident Rescue (RAR) atau penanganan kecelakaan kendaraan mencakup pengendalian keselamatan, pengenalan dan pengoperasian peralatan ekstrikasi, stabilisasi kendaraan, teknik ekstrikasi, dan pengorganisasian operasi rescue. Heli rescue (pertolongan dengan helikopter) meliputi heli rappeling; evakuasi medis udara dengan tandu, rescue net, dan fullbody harnest; pembuatan heli box, serta marshalling dan prosedur safety . Water rescue (pertolongan di air) meliputi teknik penyelamatan non swim rescue, teknik defend atau release, teknik dasar renang, dan metode reach (menjangkau), throw (melempar), row (menghampiri dengan alat bantu) go (menghampiri dengan keahlian) dan tow/carry (menarik). Metode ini populer disebut metode RTRGT.

Sedangkan jungle rescue (pertolongan di gunung hutan) meliputi pematangan teknik penggunaan GPS, membaca peta, dan komunikasi via handy talky (HT).

”Metode latihan berupa simulasi dan kompetisi yang menitikberatkan pada aspek penanganan kecepatan bertindak tanpa mengesampingkan keutamaan faktor safety agar terbentuk keterampilan yang cepat, tepat dan aman,” tandas Noer.

Bersamaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan kader Kosgoro dari 8 provinsi juga menggelar pelatihan di Wisma Hijau Cibubur, Selasa (9/6) – Jumat (12/6). Pesertanya berjumlah 34 orang dari Kosgoro Pusat, DKI, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur.

Sebelumnya, mereka mendapat materi tentang teknik mendirikan dapur umum dan mendirikan tenda termasuk membuat WC umum dari Departemen Sosial (Depsos) dan Departemen Kesehatan. Dan, dari Basarnas selama sehari penuh, memberikan teknik evakuasi di darat maupun di air serta pengenalan dan pengoperasian perahu karet. Pengenalan bagian-bagian perahu karet yang meliputi haluan, buritan, dudukan mesin, deck (geladak) dan lunas dipaparkan dengan rinci. Bagaimana merangkai perahu karet, mengangkat, dan menurunkan perahu karet secara tim juga langsung dipraktekkan oleh peserta. Peserta juga diberi materi tentang teknik mendayung, memahami mesin tempel dan cara pemasangan serta perawatannya. Tidak hanya itu, teknik mengangkat korban di air oleh 1 dan 2 orang, semuanya diserap para peserta dengan antusias. Semua teknik itu langsung diaplikasikan di danau Cibubur.

“Pelatihan ini dalam rangka voluntarisme atau pengembangan kader dalam hal penanggulangan bencana oleh masyarakat. Ekspektasi pelatihan dasar ini agar peserta mampu berperan aktif dan memahami prosedur dasar atau managemen bencana jika terjadi musibah di daerahnya,” tutur Mudjiharto, Direktur Kesiapsiagaan BNPB didampingi Badrun SH MPd, Kabid Kurikulum dan Penyelenggaraan Diklat BNPB di Danau Cibubur, Kamis (11/6).

Pada kesempatan tersebut, peserta juga sempat menyaksikan aksi latihan tim rescue Basarnas saat melakukan pertolongan dan evakuasi di air menggunakan fullbody harnest dengan helikopter yang dipiloti oleh Kapten PNB Kholik.

“Luar biasa! Tidak semua orang bisa melakukan teknik pertolongan seperti itu, itu butuh keahlian dan latihan yang keras, appresiated buat tim rescue Basarnas,” ungkap salah seorang peserta dari Jogjakarta. (ab)

LATIHAN, Siaga, dan Operasi. Tiga hal itulah yang menjadi ruh tim Search And Rescue (SAR) dalam mengemban misi kemanusiaan. Inilah komentar para rescuer yang mengikuti latihan tim rescue 2009.

MEJENG DULU AH: Noer Isrodin, Agung Priyambodo, dan Emi Frizer usai melakukan rappeling di tower Buperta Cibubur. Foto: agus basori

Noer Isrodin, Ketua Panitia

Wujudkan Misi dan Visi Basarnas

LATIHAN ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian rescuer. Agar dalam operasi SAR, para rescuer selalu siap siaga dimanapun dan apapun bentuk medannya. Latihan ini juga salah satu upaya pembinaan berkelanjutan untuk menjawab visi dan misi Basarnas ke depan. (*)

Mu’min Maulana, Rescuer Senior Kantor SAR Jakarta

Mereview Teknik SAR

Ini latihan yang sangat penting untuk mereview (menyegarkan) kembali teknik-teknik SAR bagi para rescuer, khususnya rescuer dari Kantor SAR Jakarta.

Saya, sebagai fasilitator yang dituakan dari Kantor SAR Jakarta mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan peserta. Selebihnya, kami minta maaf jika selama mengikuti latihan ini ada tindakan yang kurang sopan, kurang berkenan atau menyinggung para fasilitator atau peserta lainnya. (*)

PALING CAKEP NICH: Dika, komandan Tim Challenger.

Dika, Rescuer Pos SAR Cirebon

Mesti Rutin Dilakukan

Kami berharap, latihan semacam ini rutin dilakukan. Hanya dengan latihan-latihan semacam inilah, kemampuan rescuer terus terasah. Selain itu, kami juga bisa berimprovisasi, menganalisa, atau mengembangkan teknik-teknik baru dengan peralatan-peralatan SAR yang baru maupun yang lama untuk mengefektifkan dan mengefisienkan operasi SAR. (*)


EVALUASI : Kapten Pnb Kholik memberikan arahan dan komentarnya sebelum mengakhiri sesi helly rappeling dan helly jumping. Foto: agus basori

Kapten Penerbang Kholik, Pilot Helikopter SAR

Saling Belajar, Saling Mengisi

Latihan ini benar-benar menjadi latihan bersama yang luar biasa. Ini menjadi pengalaman berharga bagi kami, khususnya kru helikopter. Saya puas, bangga kepada tim rescue dari Basarnas. Meskipun latihan, mereka serius, tidak gegabah atau sembrono. Mereka sadar betul, obyek yang mereka tolong adalah nyawa manusia dan kita (rescuer) juga mempertaruhkan nyawa untuk menolongnya.

Latihan ini juga menjadi latihan bagi kami, kru helikopter. Ya, kita sama-sama belajar dalam latihan ini. Dan alhamdullilah, dalam latihan ini, khususnya helly rappeling dan pertolongan di air dengan helikopter, berjalan aman, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (*)

TERUS BERGERAK: Tim Challenger, Agus Basori, Rizki, Mamang, Estu, Heroe, Daus dan Dika (ngga keliatan karena baru motret), membelah hutan Gunung Salak. Foto: dika

Agus Basori, Humas Basarnas

Ajang Transformasi Ilmu SAR

Sekitar pukul 08.00, saya sampai di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur. Ada perasaan haru. Latihan dasar (latdas) tingkat dasar angkatan ke 32 baru kelar 3 bulan yang lalu, tepatnya tanggal 15 Maret sampai 5 April 2009. Memori latdas selama 22 hari itu masih terekam utuh di benak saya. Ya, latdas yang menjadi kawah candradimuka-nya bagi para rescuer baru. Dari 33 peserta, 4 rescuer tak lulus. Itu membuktikan betapa beratnya latdas waktu itu.

Saya bersama 4 rescuer angkatan 2008 yang ikut dalam latihan rescue 2009 ini merasa beruntung. Selain mendapat ilmu dan teknik baru tentang SAR, kami bisa lebih mengenal dan berinteraksi dengan para rescuer senior. Selama 8 hari menjalani latihan bersama, rasa persaudaraan tumbuh dan semakin erat. Secara langsung maupun tidak langsung, para rescuer senior itu mentransformasikan ilmunya kepada kami. (*)

Man of The Macht:

BIKIN KISRUH: Aksi Manurung saat mengusik konsetrasi tim lain yang sedang melakukan aplikasi teknik Road Accident Rescue (RAR) di area parkir Buperta Cibubur. Foto: agus basori

Denny Candra Cristian Manurung

Gorilla Juara di Air

Ada yang lain selama mengikuti latihan tim rescue 2009. Ada seorang rescuer yang selalu ceria, selalu gembira, bahkan melucu. Ia juga selalu dijadikan ‘kambing hitam’ dalam gurauan-gurauan khas rescuer seangkatan maupun para seniornya.

Bukannya tidak fokus pada materi atau tidak serius dalam hal aplikasi di lapangan, tetapi memang begitulan karakteristiknya.

Dialah Manurung. Rescuer angkatan 2005 dari Kantor SAR Jakarta. Dia mendapat bonus dari panitia, lantaran memegang record waktu tercepat dalam hal penyelamatan di air dan memagang waktu terlama dalam hal mengapung di air. Padahal, tubuhnya tergolong gemuk alias over wight.

Jog-jog-nya segar. Tidak pernah tersinggung mesti dikatai apa saja oleh teman-temannya. Yang pasti, suasana terasa berbeda jika dia tak ada. Terasa sepi.

Yang membuat ambivalen, tim I yang ia pimpin diberi nama tim Gorilla. Identik dengan bentuk tubuh si Manurung yang tinggi besar. Tapi, nama tim yang identik dengan penguasa hutan belantara itu justru knok out (baca: KO) saat di hutan. Tapi, justru juara di air. Mungkin, Gorilla yang satu ini sudah beraviliasi dengan dunia air, hehehe,… (*)

Sumber : Basarnas

Menyimak Pelatihan Dasar (Latdas) BASARNAS ke-32

Euforia Setelah 22 Hari Terisolasi

”Minggir dong, minggir dong, minggir dong, rescuer muda mau lewat, jangan di tengah jalan, nanti bisa diterjang, minggir dong, minggir dong, minggir dong,...”

Oleh : Agus Basori

ITU adalah salah satu lagu favorite para peserta latihan dasar (latdas) untuk menghibur hati ketika dihukum selama di Cibubur. Lagu favorite ketika sedang mendaki gunung maupun saat menuruni jurang. Itu pula lagu yang didengungkan ketika semua para peserta menyongngsong hari terakhir latdas.

Pagi itu, masing-masing regu berkemas. Siangnya, mereka sudah siap dengan perlengkapannya masing-masing. Selanjutnya, mereka berbaris. Tidak go away begitu saja. Setelah diberi intruksi, seluruh peserta kembali harus jalan jongkok dengan carrier di punggungnya. Dari titik berbaris hingga keluar pintu gerbang Gunung Salak I. Jaraknya, sekitar 150 meter.

Setelah itu, semua peserta turun gunung menyusuri jalanan, menuju tempat penutupan, halaman kantor Kecamatan Tamansari. Jaraknya, 5 kilometer lebih. Selama jalan, lagu itu terus menerus didengungkan para siswa penuh semangat.

Menjelang sore, semua peserta sudah berkumpul di kantor kecamatan. Entahlah, sejak pagi hingga menjelang sore itu, semua peserta hanya minum. Spirit mereka tumbuh berlipat-lipat. Euforia setelah 22 hari terisolir dari dunia luar dan akan kembali pulang. Bisa dimaklumi, selama itu, mereka memang tak berinteraksi dengan kolega, keluarga, terlebih belahan hati.

Setelah semua peserta lengkap, upacara penutupan dimulai. Seperti pada pembukaan, sambutan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya IB Sanubari SE yang dibacakan oleh instruktur upacara, Laksamana Pertama Bambang Riswanto, Kepala Direktorat Diklat dan Pemasaran SAR berharap, agar semua ilmu yang telah diperoleh para siswa selama latdas bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di masyarakat maupun di lingkungan kantor.

“Saya mengucapkan selamat, semua peserta bisa menyelesaikan latdas ini dengan penuh dedikasi, tanpa kurang suatu apapun,” ungkapnya.

Senada diungkapkan Ketua Panitia Latdas Angkatan Ke-32, Noer Isrodin SPd. “Latihan tingkat dasar ini sifatnya wajib diikuti oleh seluruh personil Basarnas. Ini menjadi dasar bagi rescuer untuk melanjutkan ke jenjang atau pelatihan-pelatihan lanjutan lainya,” tandasnya.

Ya, memang ada pelatihan lanjutan, tentunya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Diantaranya, jungle rescue, water rescue, high angle rescue, extrication rescue, confine space rescue, dan medical first responder.

Sementara coordinator instruktur, Sukarta mengungkapkan, agar para peserta menjaga semangat jiwa korsanya. Tetap menjalin hubungan baik sesama peserta di lingkungan kantor maupun di masyarakat. Ia juga meminta maaf jika selama latdas banyak sikap dan tindakan maupun kata-kata para instruktur yang membekas lara di hati para peserta. “Ya, karena tugas kami adalah mendidik kalian. Membentuk kepribadian, mental dan fisik kalian sebelum menjalankan tugas sehari-hari,” katanya didampingi instruktur lainnya seperti Retno Budiharto SE, Emi Frizer, Muksin AMd, Mikel Rahman Junika, Doni Amrizal, Dedy Mulyadi, Heru Suhartanto, dan Kamal Riswandi.

Para peserta kemudian branch (makan pagi sekaligus makan siang) prasmanan di kantor kecamatan. Setelah itu, para peserta diangkut truk TNI AD menuju Kantor Pusat Basarnas lalu pulang ke rumahnya masing-masing. (*)

Sumber : http://basarnas.go.id

Menyimak Pelatihan Dasar (Latdas) BASARNAS Angkatan ke-32 (9)





Be’ol di Semak, 5 Hari Tak Mandi

Setelah menemukan korban, seluruh peserta menghabiskan waktunya di Gunung Salak I, di ketinggian sekitar 810 meter. Selama dua hari, mereka mereviuw, kembali mengaplikasikan semua ilmu yang telah diserap baik secara indivindu maupun tim.

Oleh : Agus Basori

SUASANA latihan dasar (latdas) sudah tidak menegangkan lagi. Kebetulan, Gunung Salak I itu sudah menjadi obyek wisata. Banyak pendaki, banyak pula keluarga yang week and di tempat itu. Para peserta bisa menikmati air sepuasnya, bisa makan, bahkan ngopi sembari merokok di warung yang ada di kawasan itu. Yang terpenting, mereka bisa mandi. Ya, sudah 5 hari mereka tak mandi. Selama 5 hari itu pula, mereka tak be’ol di WC. Selama di hutan, mereka buang air kecil maupun air besar di semak belukar. Seperti binatang, bikin lobang di tanah, lalu ditutup lagi setelah selesai. Ceboknya juga tidak pakai air, tetapi cukup dengan tissue basah.

Malam terakhir, seluruh peserta dan seluruh instruktur berkumpul. Hanya diterangi lampu petromaks, suasana terasa haru. Ada juga sejumput rasa kecewa. Ya, bagi peserta yang staminanya lembek, mereka bersuka cita karena latdas sudah berakhir. Namun, bagi rescuer yang memiliki jiwa petualang yang tinggi, tidak mencapai puncak Gunung Salak di ketinggian 2100 meter, adalah kemasgulan. Namun, jiwa korsa menuntut solidaritas yang tinggi. Atas nama tim, akhirnya semua bisa menerima fakta, bahwa petualangan itu harus berakhir esok harinya.

Koordinator Latdas, Sukarta, juga memberi beberapa evaluasi. Bahkan, juga menyebutkan bahwa ada beberapa peserta yang tidak lulus. Ia minta agar yang tidak lulus tidak berkecil hati dan mempersiapkan diri untuk latdas tahun berikutnya dengan perfomen yang lebih bagus. Beberapa peserta yang merasa tidak lulus pun down. Hanya bisa tepekur, merenunginya. Meskipun, siapa saja yang tidak lulus itu tidak diumumkan pada malam itu. Namun, akan diberitahu setelah beraktifitas di kantor.

Setelah pertemuan itu, semua peserta diberi sedikit keleluasaan. Mereka menikmatinya sampai larut. Ya, suasana malam itu begitu indah. Berada diatas gunung, menerawang jauh dan tampak gemerlap cahaya listrik kota Bogor dari celah punggungan gunung. (*)

Laporan Khusus Latdas Basarnas Angkatan Ke-32 (9)

Sarana SAR












A. SARANA SAR UDARA

Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun kuantitasnya.

HELIKOPTER (rotary wing)

a) Jumlah, type dan kemampuan pesawat.

Sarana udara yang dimiliki BASARNAS adalah Helikopter NBO-105 buatan IPTN tahun 1980 sebanyak 2 buah, kemudian mendapat hibah dari Badan Diklat Perhubungan dan PT Pelita Air Service sebanyak 8 (delapan) buah terdiri dari 7 buah jenis NB0-105 dan 1 (satu) buah jenis Bell 206.

b) Pengoperasian pesawat.

1. Kegiatan Operasi berjadwal.

Untuk kegiatan ini dialokasikan rata-rata 100 jam, meliputi:

  • Dukungan VIP sebanyak 25 jam
  • Dukungan Siaga SAR hari Natal dan Tahun Baru sebanyak 25 jam
  • Dukungan Siaga SAR Idul Fitri sebanyak 50 jam

2. Kegiatan Operasi tak berjadwal

Meliputi operasi SAR dan dukungan SAR terhadap penanganan bencana alam dan kegiatan lain yang dipandang perlu menyiagakan pesawat B0-105 sebagai unsur SAR. Dari kegiatan ini dialokasikan waktu sekitar 200 jam. Contoh kegiatan ini antara lain pada waktu tanggap darurat bencana Tsunami Aceh, HR-1518 di BKO kan ke Banda Aceh. Kegiatan operasi kemanusiaan ini dengan basis di Blang Pidie untuk mendukung distribusi logistik di daerah Meulaboh dan sekitarnya dapat berjalan lancar, karena kerjasama yang baik dengan tim Helikopter dari type yang sejenis sebanyak 5 buah dibawah koordinasi dan bantuan Avtur dari Perhubungan Udara.

3. Latihan SAR

Kegiatan latihan ditujukan pada pembentukan dan upaya mempertahankan serta meningkatkan kualifikasi yang akan dan telah dimiliki penerbang dalam rangka mendukung kegiatan operasi SAR. Dari alokasi jam terbang bidang latihan sebanyak 150 jam, terdiri atas; latihan SAR 50 jam, konversi 30 jam, profisiensi 40 jam, kaptensi 30 jam.

  • Latihan dengan dukungan helikopter yang telah dilaksanakan sampai saat ini antara lain:
  • Pelatihan Dasar Rescuer,
  • MARPOLEX diperairan Indonesia.
  • Latihan SAR Malindo (dengan Malaysia)
  • Latihan SAR Indopura (dengan Singapura)
  • Latihan SAR Ausindo (dengan Australia)

3

B. SARANA SAR LAUT

Untuk mendukung kegiatan SAR dalam penanganan musibah diperairan, yang terjadi di setiap wilayah, maka dibutuhkan Sarana SAR Laut pada saat pelaksanaan operasi SAR.

1) Rescue boat

Rescue boat merupakan kapal dengan versi SAR, sarana ini sangat menunjang dalam penyelamatan korban di lautan. Selain sebagai sarana angkut tim rescue yang akan memberikan pertolongan, juga harus mempunyai kemampuan mencari dan mengarungi lautan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan. Guna mendukung upaya SAR dilaut BASARNAS telah didukung dengan rescue boat.


2) Rigid Inflatable Boat

Sarana operasional ini dipergunakan pada daerah dekat pantai dan sangat efisien untuk penyelamatan korban di air pada permukaan yang dangkal, berbentuk menyerupai perahu karet dengan lunas fiber glass serta dilengkapi kemudi dibagian tengah untuk memberikan sudut pandang yang luas bagi operatornya.

1



C. SARANA ANGKUT SAR DARAT

Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun kuantitasnya.

1) Rescue Truck

Rescue truk merupakan sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah lain, seperti gempa bumi atau bangunan runtuh, sarana ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dari fungsi BASARNAS dan posisi kantor Pusat di ibu kota.

Sampai saat ini BASARNAS memiliki 3 unit Rescue truck yang dioperasikan di Jakarta, Surabaya dan Denpasar. Prioritas menempatkan RescueTruck ini karena pertimbangan kemungkinan musibah yang terjadi khususnya gempa bumi atau gedung runtuh dan kecelakaan jalan raya yang sangat padat di pulau Jawa, termasuk kecelakaan kereta api.

2) Rescue Car.

Rescue car disiapkan dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim rescue yang akan memberikan bantuan per-tolongan. Dengan kelengkapan rescue tool, maka tim rescue dapat segera mem­berikan bantuan pada korban yang terjepit. Sampai dengan tahun 2004 telah didistribusi kan Rescue car ke seluruh kantor SAR, seperti yang terlihat pada gambar.

2

D. PERALATAN SAR (SAR Equipment)

Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi res­cuer ketika melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi.

Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:

1. Peralatan perorangan

Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;

2. Peralatan beregu.

Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;

Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika melakukan penyimpanan maupun penyiapan untuk operasi.

Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung Siaga SAR, Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan anggaran dan biaya operasional. Peralatan SAR masing-masing Kantor SAR sedikit berbeda jenis maupun jumlahnya, tergantung lokasi dan kondisi setempat.

E. PERALATAN KOMUNIKASI

Salah satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi ini tidak lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi balk berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar mempunyai fungsi:

1. Jaringan Penginderaan Dini

Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran dan/atau penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini mungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran dan aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path peraturan internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan ICAO untuk memonitor musibah penerbangan.

Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari pemerintah Kanada untuk pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut berfungsi sebagai alat deteksi dini signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-alat tersebut adalah LUT (Local User Terminal) yaitu berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas dan SARSAT.

2. Jaring Koordinasi

Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga secara cepat dan tepat.

3. Jaring Komando dan Pengendalian

Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksudkan untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.

4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik

Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan pembinaan dan administrasi perkantoran.

Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :

  • Fixed Line Telecommunication
  • Radio Communication (HFNHF)
  • AFTN Automatic message switching

Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk memonitor penerbangan dan pelayaran.

Pelatihan & Pembinaan SAR

Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil BASARNAS maupun UPT di daerah dan Potensi SAR, telah dilakukan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kepada masyarakat serta pembinaan SDM Potensi SAR


a. Pelatihan

Pelatihan dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan:

1) Pelatihan dasar dan lanjutan SAR oleh BASARNAS, serta masing-masing instansi/ organisasi.
2) Pendidikan khusus atau spesialisasi yang dilaksanakan oleh BASARNAS, meliputi :

  • Pendidikan SAR Mission Coordinator ( SMC )
  • Kemampuan perencanaan dan pengendalian operasi.
  • Pendidikan SAR Controller.
  • Pendidikan operator radio/ komunikasi elektronika.
  • Pendidikan rescue (kemampuan pertolongan)
  • Pendidikan Instruktur SAR.
3) Mengikut sertakan pendidikan ke luar negeri, untuk membekali pengetahuan dasar SAR.

b. Pembinaan

Pembinaan potensi SAR nasional dilakukan baik oleh BASARNAS secara bertahap sesuai dengan prioritas kepada instansi pemerintah, swasta dan masyarakat berpotensi SAR untuk mendukung operasi SAR disamping menunjang tugas pokoknya masing-masing. Pembinaan juga dilakukan oleh FKSD berdasarkan program pembinaan yang disusun bersama dengan seluruh instansi/organisasi pemilik Potensi SAR Daerah. Adapun jumlah personil yang telah dibina melalui program diktat SAR, dari seluruh unsur Potensi SAR tertera dalam tabel di bawah.

c. Latihan SAR

Latihan ini dimaksudkan untuk memelihara kemampuan/ ketrampilan SAR yang telah dimiliki, demi memperoleh prestasi yang handal. Latihan yang dilaksanakan antara lain :

  • Latihan/Gladi Pos Komando (Gladi Posko), untuk melatih prosedur tetap atau petunjuk pelaksanaan operasi SAR, dan melatih mekanisme staf dengan simulasi skenario latihan.
  • Perencanaan dan pengendalian.
  • Pencarian.
  • Pertolongan.
  • Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
  • Evakuasi

d. Latihan SAR

Penyuluhan tentang SAR untuk menunjang tugas Operasi SAR dengan cara melakukan penyiapan bahan dan penyuluhan tugas SAR seperti penyiapan bahan-bahan penyusunan pedoman penyuluhan tugas-tugas SAR, penyiapan petunjuk teknis penyuluhan kepada masyarakat.




PEMBINAAN POTENSI SAR

Pembinaan potensi SAR dilakukan sebagai bagian dari strategi jangka pendek Badan SAR Nasional yang dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Untuk menuju siapnya tenaga SAR yang handal dan profesional maka pendidikan dan latihan dalam rangka pembinaan potensi SAR dapat dilaksanakan menjadi tiga tingkat:
  • Diklat SAR tingkat Dasar
  • Diklat SAR tingkat Lanjutan
  • Diklat SAR tingkat Spesialis
  • Diklat SAR tingkat Pendukung
Dengan banyaknya potensi yang ada diberbagai kalangan masyarakat, maka potensi instansi/organisasi dapat melaksanakannya diklat SAR dengan kurikulum, silabus, instruktur dan sertifikasi dari BASARNAS.

Mekanisme Pengajuan Diklat sebagai berikut :
DIAGRAM PENGAJUAN PELATIHAN (SERTIFIKAT) SAR BAGI POTENSI SAR
img
KLASIFIKASI DAN MATERI
1. Rescuer - (130 JP)

Waktu : 13 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Materi :
a.ESAR (18 JP)
  • Navigasi Darat
  • Survival
  • PPPM
  • Teknik Pencarian
b. Medical First responder (25 JP)
c. Teknik Evakuasi (25 JP)
d. Prosedur Operasi Heli (6 JP)
e. Komunikasi SAR (2 JP)
f. Ceramah dan Organisai SAR (2 JP)
g. Binsik (10 JP)
h. Aplikasi Lapangan (30 JP)


2. Rescuer Muda - (170 JP)
Waktu : 7 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Materi :
a. ESAR (10 JP)
b. Medical First responder (13 JP)
c.Teknik Evakuasi (12 JP)
d. Prosedur Operasi Hell ( 2 JP)
e. Pengenalan Pertolongan di Air ( 2 JP)
f. Komunikasi Signal (1 JP)
g. Aplikasi Lapangan (30 JP)


3. Rescuer Muda-2 (50 JP)
Waktu : 5 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 % Prerequisite
Materi
a. ESAR ( 4 PM)
Pengenalan Nay., PPM, Survival, dan teknik Pencarian
b. Medical First responder ( 9 JP)
c. Teknik Evakuasi ( 6 JP)
d. Komunikasi signal ( 1 JP)
e. Aplikasi Lapangan (30 JP)


4. Jungle Search and Rescue technique (80 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Navigasi Darat (10 JP)
b. Medical First responder ( 8 JP)
c. Teknik Pencarian ( 8 JP)
d. Teknik Evakuasi ( 7 JP)
e. Prosedur Operasi Heli ( 4 JP)
f. Survival dan Signal ( 3 JP)
g. Aplikasi Lapangan (40 JP)


5. High Angle Rescue Technique (80 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Faktor Keselamatan;
b. Penggunaan peralatan dan perawatannya;
c. Pengetahuan tali, perawatan dan pembuatan simpul;
d. Anchoring dan Belaying;
e. Rappeling dan Ascending;
f. One Person rescue Technique ;
g. Lowering (inside & overhead anchor);
h. Lowering and Mechanical Advantage System;
i. Highline & Slope Evacuation.


6. Close / Open Water Rescue
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Pengantar dan faktor keselamatan di air;
b. Kedaruratan dan standart prosedur penanganan;
c. Pengenalan arus;
d. Personal floation device dan self rescue;
e. Metode pertolongan di air;
f. Teknik stabilisasi dan membawa korban


7. T.O.T. SAR (60 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek :70 %
Prerequisite : High Angle Rescue, Jungle rescue, water rescue
Materi :
a. Informasi dan instruksi;
b. Komunikasi dan kemampuan di depan kelas;
c. Menentukan maksud dan tujuan;
d. Merencanakan pelajaran;
e. Mempergunakan alat-alat instruksi visual;
f. Cara memberikan instruksi;
g. Manajemen pelatihan;
h. Outdoor activity (SAR skill)
i. Praktek pengajaran.

POS SAR









Kemampuan bertahan seseorang dalam kondisi survive sangat terbatas dan membutuhkan penanganan segera. Res­cuer yang datang dalam waktu singkat akan membangun kondisi mental korban sehingga kemampuan bertahan akan semakin tinggi. Perlu disadari bahwa orang yang paling cepat dapat memberikan bantuan pertolongan adalah orang yang dekat dengan lokasi korban. Termotivasi dengan kondisi ini Badan SAR nasional mencoba mengimplementasikan dengan membangun Pos SAR agar personil Rescuer dekat dengan lokasi korban sehingga response time bisa lebih pendek. Petugas rescuer yang ada di Pos SAR tidak hanya siaga tetapi juga melakukan patroli balk dalam upaya observasi daerah kerjanya juga melakukan pembinaan terhadap masyarakat setempat agar saat terjadi musibah dapat membantu sebelun tim Intl dari Kantor SAR datang dilokasi kecelakaan. Untuk sementara waktu Pos SAR ditempatkan di wilayah kantor SAR di dua tempat dengan prioritas daerah yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana/musibah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan no : KM 40 Tahun 2006, tentang Pos Search And Rescue (POS SAR) sebanyak 48 Pos SAR yang berada :
1.
Sibolga
25.
Yogyakarta
2.
Tanjung Balah
26.
Cilacap
3.
Nias
27.
Wadu Mbolo
4.
Cirebon
28.
Kayanangan
5.
Bandung
29.
Kab. Manggarai
6.
Jember
30.
Maumere
7.
Tulungagung
31.
Sintete
8.
Pelabuhan Gilimanuk
32.
Kendawangan
9.
Pelabuhan Padangbai
33.
Kotabaru
10.
Kab. Bone
34.
Palangkaraya
11.
Kab. Selayar
35.
Tarakan
12.
Palu
36.
Kutai Timur
13.
Kab. Nabire
37.
Bau-Bau/ Buton
14.
Kab. Serui
38.
Kolaka
15.
Lhokseumawe
39.
Gorontalo
16.
Meulaboh
40.
Ternate
17.
Bengkulu
41.
Namlea
18.
Lubuk Sikaping/ Jambi
42.
Banda
19.
Bengkalis
43.
Manokwari
20.
Jambi
44.
Fakfak
21.
P. Natuna Besar
45.
Waimena
22.
Tanjung Balai Karimun
46.
Sarmi
23.
Bangka Belitung
47.
Agats
24.
Lampung
48.
Kimam/ P. Dolak

Kantor SAR





Terdapat 24 (duapuluh empat) Kantor SAR diseluruh Indonesia, dimana keberadaan Kantor SAR yang dalam organisasi terdahulu sebagai KKR dan SKR, sekarang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Basarnas, sekaligus sebagai perwakilan Basarnas dan pengendalian operasi SAR diwilayahnya. Penetapan Kantor SAR didasarkan pada potensi kemungkinan musibah diwilayah tersebut, sehingga tidak seluruh propinsi terdapat Kantor SAR.

Dengan kondisi geografis serta arus transportasi yang demikian padat, dapat dijadikan pangkal tolak dalam menentukan kebijakan guna mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi, berupa kebutuhan yang harus dimiliki masing-masing kantor SAR sesuai kondisi geografis dan kerawanan musibahnya baik dari segi sarana, prasarana, alat-alat, maupun personil serta standard operating prosedur yang mendukungnya.

Kantor SAR mempunyai tugas melaksanakan tindak awal, koordinasi, dan pengerahan potensi SAR dalam rangka operasi SAR terhadap musibah pelayaran, penerbangan, dan bencana lainya, serta pelaksanaan latihan SAR di wilayah tanggungjawabnya (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Kantor SAR).

Struktur Organisasi dan Pejabat BASARNAS





Data Pejabat Basarnas

JABATAN

NAMA


1.

KABASARNAS MARSEKAL MADYA TNI I.B. SANUBARI, SE

2.

SETAMA DRS. MAX RULAND B, MM, MSC

3.

RO UMUM DRS. JAHIRIN, MMsi

4.

RO KUM & PEGAWAI AGUNG PRASETYO, SH, MH

5.

RO REN & KTLN -

6.

DEPUTI BID POT SAR MAYOR JENDERAL TNI IMAM SANTOSO

7.

DEPUTI BID OPS SAR MARSEKAL MUDA TNI EKO DJATI P, S.IP

8.

KAPUSDATIN AGUS SUKARNO, SH, MM

9.

DIT SAR & PRAS SUTONO, ST, S.SiT

10.

DIT OPS LAT MARSEKAL PERTAMA TNI TEDY SUTEDJO P, S.IP

11.

DIT DIKLAT & PEM SAR LAKSAMANA PERTAMA TNI BAMBANG RISWANTO

12.

DIT KOMUNIKASI BRIGADIR JENDERAL TNI SUMARTONO

Tugas, Fungsi dan Sasaran BASARNAS





A. TUGAS POKOK

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005 Tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.


B. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan fungsi :

  1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi SAR;
  2. Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR;
  3. Pelaksanaan tindak awal;
  4. Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya;
  5. Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang dimiliki oleh instansi dan organisasi lain;
  6. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam maupun luar negeri;
  7. Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
  8. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.


C. SASARAN PENGEMBANGAN BASARNAS

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Basarnas, perlu dilaksanakan strategi- strategi sebagai berikut :

  1. Menjadikan BASARNAS sebagai yang terdepan dalam melaksanakan operasi SAR dalam musibah pelayaran dan penerbangan, bencana dan musibah lainnya;
  2. Pembentukan Institusi yang dapat menangani pendidikan awal dan pendidikan penataran di lingkungan BASARNAS
  3. Mengembangkan regulasi yang mampu mengerahkan potensi SAR melalui mekanisme koordinasi yang dipatuhi oleh semua potensi SAR;
  4. Melaksanakan pembinaan SDM SAR melalui pola pembinaan SDM yang terarah dan berlanjut agar dapat dibentuk tenaga-tenaga SAR yang profesional.
  5. Melaksanakan pemenuhan sarana/ prasarana dan peralatan SAR secara bertahap agar dapat menjadikan operasi tindak awal SAR yang mandiri, cepat, tepat, dan handal sesuai ketentuan nasional dan internasional.
  6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang pendidikan sesuai dengan kebutuhan dalam lingkungan BASARNAS.
  7. Penciptaan system sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyelenggaraan operasi SAR
  8. Mengembangkan kerjasama dengan Pemda melalui FKSD, organisasi dan instansi berpotensi SAR, balk dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka pembinaan potensi SAR.

Sejarah SAR Nasional





Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan "Black Area" bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.
Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.

Kesimpulan dari tim tersebut adalah :
1.Perlu kesepakatan antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan peralatan;
2.Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi dengan pusat fasilitas SAR;
3.Pengawasan lalu lintas penerbangan dan pelayaran perlu diberi tambahan pendidikan SAR;
4.Bantuan radio navigasi yang penting diharapkan untuk pelayaran secara terus menerus.

Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat sipil dan militer dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa :

1.Instansi pemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat membantu kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.
2.Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.
Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.
Hasil survey akhirnya dituangkan pada "Preliminary Recommendation" yang berisi saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan suatu organisasi SAR di Indonesia.
PERKEMBANGAN ORGANISASI BASARNAS
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). Adapun susunan organisasi BASARI terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan
2. Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
3. Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
4. Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
5. Unsur-unsur SAR
Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana operasional kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan musibah penerbangan dan pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan, antara lain Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di Sulawesi yang dikenal dengan operasi Tinombala.
Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S. Dono Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi menjadi anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di Amerika, sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan (Working Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.
Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan negara-negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia.
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).
Dengan diubahnya Pusarnas menjadi Basarnas, Kepala Pusarnas yang semula esselon II menjadi Kepala Basarnas esselon I. Demikian juga struktur organisasinya disempurnakan dan Kabasarnas membawahi 3 pejabat esselon II. Dalam perkembangannya keluar Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 80 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Basarnas, yang salah satu isinya mengenai pejabat esselon II di Basarnas, yaitu :
1. Sekretaris Badan;
2. Kepala Pusat Bina Operasi;
3. Kepala Pusat Bina Potensi;
Adanya organisasi SAR akan memberikan rasa aman dalam penerbangan dan pelayaran. Sejalan dengan perkembangan moda transportasi serta kemajuan IPTEK di bidang transportasi, maka mobilitas manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam lingkup nasional maupun internasional mempunyai resiko yang tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan yang menimpa pengguna jasa transportasi darat, laut dan udara. Penerbangan dan pelayaran internasional yang melintasi wilayah Indonesia membutuhkan jaminan tersedianya penyelenggaraan SAR apabila mengalami musibah di wilayah Indonesia. Tanpa adanya hal itu maka Indonesia akan dikategorikan sebagai "black area" untuk penerbangan dan pelayaran. Status "black area" dapat berpengaruh negatif dalam hubungan ekonomi dan politik Indonesia secara internasional. Terkait dengan maslah tersebut, Badan SAR Nasional sebagai instansi resmi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang SAR ikut mempunyai andil yang besar dalam menjaga citra Indonesia sebagai daerah yang aman untuk penerbangan dan pelayaran. Dengan citra yang baik tersebut diharapkan arus transportasi akan dapat bejalan dengan lancar dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian nasional Indonesia.
Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat mengenai pelayanan jasa SAR dan adanya perubahan situasi dan kondisi Indonesia serta untuk terus mengikuti perkembangan IPTEK, maka organisasi SAR di Indonesia terus mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu. Organisasi SAR di Indonesia saat ini diatur dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 79 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Dalam rangka terus meningkatkan pelayanan SAR kepada masyarakat, maka pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan yang mengatur bahwa Pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Menindak lanjuti Peraturan Pemerintah tsb, Basarnas saat ini sedang berusaha mengembangkan organisasinya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagai upaya menyelenggarakan pelaksanaan SAR yang efektif, efisien, cepat, handal, dan aman.
Berdasarkan kajian dan analisa kelembagaan, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada Tahun 2007 dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi BASARNAS menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang diatur secara resmi dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND, BASARNAS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Pada Perkembangannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), sehingga BASARNAS pun berubah menjadi BASARNAS (LPNK).
Sebagai LPNK, BASARNAS secara bertahap melepaskan diri dari struktur Kementerian Perhubungan. Namun hingga Tahun 2009, pembinaan administratif dan teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya per Tahun 2007 BASARNAS (LPNK) akan langsung bertanggung jawab ke Presiden melalui Sekretariat Negara (Setneg).
Struktur Organisasi BASARNAS (LPNK)

Berikut adalah nama dan foto Kepala Badan SAR Nasional dari awal berdiri hingga sekarang :

(Alm) S. DONO INDARTO
1972 - 1987

HASARI HASANUDIN
1987 - 1991

HARINTO (Alm)
1991 - 1998

SETIO RAHARDJO
1998 - 2003

YAYUN RIYANTO 2003 - 2006

BAMBANG KARNOYUDHO
2006 - 2008


IB. SANUBARI, SE
2008 - Sekarang

Forum Koordinasi SAR Daerah

Forum Koordinasi Search and Rescue Daerah (FKSD) adalah satu wadah non struktural untuk menghimpun, membina dan mengarahkan potensi SAR di daerah yang dikoordinir oleh pemerintah daerah.

Potensi SAR yang tergabung dalam FKSD terdiri dari potensi SAR yang dimiliki oleh instansi pemerintah, swasta dan masyarakat. Yang dimaksud dengan potensi SAR adalah manusia, peralatan yang dapat digunakan untuk tugas-tugas operasi SAR.

Operasi SAR yang dimaksud adalah operasi SAR yang dilaksanakan saat musibah transportasi laut dan udara, musibah lainnya seperti orang hilang, tenggelam, dan lain sebagainya, ataupun saat terjadi bencana (baik yang disebabkan oleh alam atau manusia).

TUGAS & FUNGSI FKSD

FKSD mempunyai tugas mendata, membina, mengkoordinir dan mengerahkan potensi SAR di daerah sesuai kejadian yang terjadi di dalam wilayahnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, FKSD mengemban fungsi :

  1. Penyusunan rencana dan program pembinaan.
  2. Pelaksanaan koordinasi pembinaan.
  3. Pemasyarakatan SAR.
  4. Penyiapan unsur SAR.
  5. Koordinator Tim Rescue.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut didaerah organisasi FKSD dipimpin oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan atau Bupati Kepala daerah Tingkat II/ Walikotamadya setempat dan untuk pelaksanaan pembinaan dianggarkan melalui APBD masing-masing daerah.

Hal ini dalam rangka implikasi fungsi perlindungan masyarakat dan untuk meningkatkan swakarsa masyarakat guna dapat menolong diri mereka sendiri dan lingkungannya.

Kemampuan untuk keterampilan potensi SAR yang ada didaerah perlu dibina dan dikembangkan sesuai dengan kondisi geografi serta kemungkinan ancaman kejadian yang paling mungkin terjadi didaerah tersebut. Keseragaman dalam pembinaan dan standart kemampuan potensi SAR yang ada didaerah perlu dikembangkan oleh setiap daerah sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah tersebut.

Yang paling pokok adalah SAR merupakan tugas kemanusiaan yang paling hakiki dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong. Sifat gotong royong yang saling tolong menolong antar sesama manusia ini perlu dibina dan dikembangkan sehingga kemampuan menolong dari setiap individu dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang profesional. Melalui FKSD pembinaan kemampuan ini dapat dilaksanakan secara terarah dan profesional.

SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Adalah membina kemampuan "Search And Rescue" potensi yang ada didaerah, yang pada saatnya kelak dapat memasyarakat, sehinga potensi perlindungan masyarakat akan meningkat dan kemampuan untuk menolong sesama sebagai implikasi tugas kemanusiaan disisi lain meningkat.

dalam usaha "search" akan sangat tergantung pada lokasi kejadian dan peralatan yang digunakan, misalnya pencarin dengan menggunakan pesawat terbang, tekniknya akan berbeda bila kita menggunakan kapal laut. Demikian pula dengan teknik pencarian bila kita menggunakan manusia disuatu lokasi. Teknik pencarian dilokasi kebakaran akan sangat berbeda dengan teknik pencarian pada lokasi banjir, tanah longsor, atau bangunan runtuh. dengan kata lain untuk pembinaan "search" memiliki rentang teknis yang cukup kompleks, karena sangat dipengaruhi oleh kondisi medan dan jenis kejadian yang mungkin terjadi.

didalam kedua parameter tersebut terdapat satu kendala yang paling dominan yaitu : waktu akan sangat mempengaruhi daya tahan korban (Time Frame for Survival (TFSS)). Semakin dikuasainya teknik pencarian, maka waktu untuk menemukan korban relatif akan semakin singkat.

Hal ini perlu dikoordinasikan sehingga terjadi kesamaan visi dan adanya saling pengertian dari setiap unsur pencari, sehingga memudahkan teknik berkomunikasi dan berkoordinasi.

Dan usaha "rescue" yang dilaksanakan saat korban ditemukan adalah bagaimana usaha-usaha pertolongan dilaksanakan (dengan asumsi korban dalam keadaan hidup dan butuh pertolongan untuk bertahan hidup, hal ini merupakan bagian yang sangat kritis dalam usaha pertolongan).

Untuk melaksanakan usaha pertolongan hal yang paling pokok yang perlu dibekalkan pada tim rescue adalah keterampilan untuk melaksanakan "Basic Life Support (BLS)" atau "Medical First Responder (MFR)" pada korban.

Keterampilan-keterampilan tersebut diatas perlu dibina terus menerus dan berkelanjutan serta dimasyarakatkan, karena personil yang ditempat kejadian selalu akan berusaha menolong sesamanya, walaupun kemampuannya terbatas atau tidak tahu sama sekali.

Sebagai ilustrasi, apabila terjadi suatu musibah, yang pertama berada dilokasi kejadian adalah korban akan tetapi korban yang selamat akan berusaha menolong korban yang lain. Yang kedua adalah masyarakat dilingkungan kejadian, mereka akan berusaha menolong, atau bahkan ada yang hanya menonton. Yang terakhir tiba ditempat kejadian adalah tenaga ahli, misalnya tim rescue, dokter, dan sebagainya.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka alangkah indahnya apabila semua lapisan masyarakat diberikan kemampuan menolong baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga sigat gotong royong dan cinta sesama yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia dapat diarahkan menjadi suatu ciri yang positif yang dilandasi dengan pengetahuan.

Sasaran FKSD adalah membina kemampuan "Search And Rescue" potensi yang ada di daerah, yang pada saatnya kelak dapat memasyarakatkan, sehingga potensi perlindungan masyarakat akan sangat meningkat dan kemampuan untuk menolong sesama sebagai implikasi tugas kemanusiaan disisi lain meningkat.

Tugas dan fungsi FKSD baru akan terasa manfaatnya pada masa mendatang apabila pembinaan dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan, bertahap, bertingkat, dan berlanjut. hal ini merupakan tanggungjawab pemerintah daerah sehingga pada saat swakarsa masyarakat akan timbul untuk mendukung fungsi perlindungan masyarakat.

Kemampuan keterampilan potensi SAR yang ada didaerah perlu dibina dan dikembangkan sesuai dengan geografi serta kemungkinan ancaman kejadian yang paling mungkin terjadi didaerah tersebut, hal ini sangat tergantung pada kemampuan asntisipasi daerah itu sendiri untuk melihat kemampuan potensi SAR yang ada.

Keseragaman dalam pembinaan dan standart kemampuan potensi SAR yang ada di setiap daerah perlu dikembangkan oleh setiap daerah sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah tersebut.




Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP Esprit de corps : DISIPLIN,GIGIH DAN BERANI HIDUP
Ad
Ad