(Sebuah Pemikiran dalam Rangka Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2010)
Jika kita membahas mengenai lingkungan secara global, maka kita tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai Iklim. Beberapa dekade terahir ini, sejak dilangsungkannya revolusi industri, lingkungan global mengalami degradasi yang dampaknya sangat bisa dirasakan. Isu perubahan iklim secara global mulai gencar dibicarakan dikalangan para ahli klimatologi dunia yang kemudian memunculkan gagasan dilaksanakannya konverensi tingkat tinggi mengenai lingkungan dan pembangunan. Rencana tersebut kemudian di realisasikan pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Dalam konferensi itu kemudian dihasilkan suatu kesepahaman dengan ditandatanganinya Konvensi tentang perubahan Iklim. Sebagai nagara berkembang yang letaknya di daerah tropis, Indonesia banyak mendapatkan dampak negatif dari perubahan suhu secara global tersebut. Kenaikan suhu bumi hingga sepanas yang sekarang ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah gas buang seperti carbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Akibatnya berkubik-kubik es di kutub utara mencair, yang berdampak naiknya permukaan air laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan membaliknya air sungai yang mengalir kelaut yang menyebabkan banjir di beberapa kota di pesisir dengan kondisi topografi rendah.
Tidak hanya itu saja, dampak perubahan iklim lebih pahit dirasakan dikalangan para petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Suhu bumi yang kian memanas ini berdampak buruk pada pola pertanian yang mengandalkan musim hujan. Banyak petani yang mengeluh gagal panen karena kekurangan air atau karena tergenag oleh luapan sungai. Di lain pihak banjir/ genangan yang sifatnya lokal terjadi dimana-mana, karena hujan yang ekstrim satu atau dua hari saja. Tampaknya keberkahan alam sudah tidak lagi berpihak pada manusia. Hujan tidak lagi menjadi harapan karena airnya masuk kedalam tanah, sehingga dimanfaatkan dengan baik, melainkan hanya lewat begitu saja menjadi aliran permukaaan (run off) kemudian menggenang di beberapa tempat, bahkan menjadi banjir bandang menyapu rumah-rumah warga dibantaran sungai.
Hari Lingkungan
Hari lingkungan hidup sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 juni tampaknya hanya akan menjadi rutinitas tahunan saja, manakala manusianya tidak sadar betul akan kebutuhan lingkungan yang lebih baik. Kita sebenarnya sudah banyak menerima imbalan dari kerusakan lingkungan yang diperbuat oleh tangan manusia seperti yang saya sebutkan sebelumnya tadi, namun masih saja kita lihat kerusakan hutan akibat ilegal logging, penambangan yang mengabaikan kerusakan lingkungan, perambahan kawasan-kawasan lindung menjadi lahan budidaya, dan lain-lain.
Pada momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2010 ini United Nations Environment Programme (UNEP), selaku koordinator yang dibentuk PBB sejak 1977 mengangkat tema “Many Species. One Planet. One Future” atau “Banyak Species. Satu Planet. Satu Masa Depan”. Tema ini diangkat dalam rangka mengajak kepada masyarakat dunia untuk melestarikan keanekaragaman hayati demi masa depan planet Bumi. Keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna jka dilestarikan maka semuanya akan membentuk suatu keseimbangan ekosistem alam yang akan bermanfaat bagi manusia.
Sadar Lingkungan
Kesadaran akan kondisi lingkungan yang kita tempati akan menumbuhkan komitmen dan kemauan untuk merubah gaya hidup dan pola fikir yang lebih mengedepankan aspek lingkungan. Sadar akan dampak negatif perubahan iklim secara global bagi negara berkembang seperti kita, maka sangatlah penting jika negara ini mengambil langkah proaktif dalam usaha mitigasi untuk mencegah sedemikian rupa perubahan iklim. Sudah bukan saatnya lagi hanya mengeluh karena dampak dari tindakan kita sendiri. Tidak ada kata terlambat dalam upaya memperbaiki lingkungan. Bila dampak kerusakan lingkungan telah seperti sekarang ini, maka yang perlu kita lakukan adalah beradaptasi, sembari kita terus berbenah dan peduli terhadap lingkungan. Praktek-praktek konservasi lingkungan perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar semua bisa turut ambil bagian dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan. Upaya-upaya yang bisa dilakukan adalah: pertama- bagi masyarakat yang menganggap dirinya sudah modern seperti sekarang ini, perlu banyak belajar lagi kepada para pendahulu dalam upaya pengelolaan lingkungan. Para pendahulu sudah banyak terbukti kearifannya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kedua- penanganan kerusakan lingkungan harus dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan spasial dan ekologis, sehingga perlu adanya kerjasama semua stake holder, agar tidak lagi terkotak-kotak dalam batasan administratif. Ketiga- peraturan yang jelas dan tegas dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan harus ditegakkan.
Komitmen kita untuk berfikir dan melakukan tindakan memperbaiki lingkungan sudah saatnya direalisasikan. Mari kita berfikir global dan bertindak secara lokal yang dimulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan tentunya mulai sekarang untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Sumber :
http://earthcruiser.blog.uns.ac.id/2010/07/09/41/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Saudaraku telah berbagi, semoga apapun masukan Saudaraku akan bermanfaat bagi kami.