Biarkan kami yang bermandi peluh,
bermandi debu dan bermandi lumpur
Biarkan kami yang akan menggendong duka dan laramu
Biarkan kami yang akan memikul semua ini
Tetap Semangat Wahai Anak Bangsa !!!
JIKA INGIN TERBANG AKAN BELAJAR TERUS MENERUS SEBELUM BISA MENEMBUS ANGKASA RAYA...
ITULAH PG dan juga para PETUALANG SEJATI
31 Desember 2009
29 Desember 2009
SURVIVAL ZONE : AZ of Bushcraft (W for whistle)
Survival Skills: Making a Deer Snare by Nutnfancy, Part 1
Survival Skills: Making a Deer Snare by Nutnfancy, Part 2
28 Desember 2009
26 Desember 2009
Gempa 6,1 SR Mengguncang Padang
Data Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa berpusat di 1.48 LS - 99.33 BT, atau 56 km Tenggara Siberut-Mentawai, Sumbar, dengan kedalaman 10 Km.
Warga Padang dan sekitar banyak yang kaget dengan kejadian gempa pada pagi hari itu.
"Saya lari ke luar rumah, karena gempanya cukup lama," kata Upik (40), warga Alang Laweh Koto Padang.
Hal yang sama disampaikan April (27), yang mengaku lari ke luar kantornya setelah gempa terjadi.
"Saya terpaksa lari keluar kantor," kata karyawan salah satu perusahaan di Jalan Kampung Nias V Padang itu.
Hingga berita ini diturunkan belum diperoleh informasi adanya korban jiwa.
Majalaya: 50 Rumah Rusak Diterjang Banjir Bandang Jumat, 25 Desember, 2009 14:06
50 Rumah Rusak Diterjang Banjir Bandang
Bandung, CyberNews. Sekitar 50 rumah di Kecamatan Majalaya dan Kecamatan
Ibun Kabupaten Bandung rusak berat akibat banjir Bandang yang melanda
Kabupaten Bandung, Kamis (24/12).
Petugas Kelompok relawan Garda Caah, Riki Waskito, Jumat menuturkan, dalam
banjir bandang yang diakibatkan meluapnya sungai Citarum, melanda tiga
kecamatan, yakni kecamatan Majalaya, Kecamatan Paseh dan Kecamatan Ibun.
"Namun kerusakan rumah berada di dua kecamatan yakni di Desa Sukamaju,
Kecamatan Majalaya, 28 rumah rusak, 8 diantaranya rusak parah. Sementara
itu di Desa Tanggulun Kecamatan Ibun 250 rumah rusak, 42 rumah diantaranya
rusak parah. Jadi total rusak parah ada 50 rumah," tuturnya.
Menurutnya, Selain merusak rumah, banjir tersebut juga merusak pabrik dan
satu masjid. Masjid dan tembok pabrik tersebut bentengnya roboh. "Itu
berada di Desa Majalaya Kecamatan Majalaya tembok pabrik bubut dan Masjid
Albaroqah rubuh akibat banjir," tuturnya.
Hingga saat ini, lanjutnya, air yang menggenang sudah mulai surut. Namun,
warga masih berantisipasi ketakutan datangnya banjir susulan. "Para warga
dibantu dengan relawan saat ini sudah menyiapkan tanggul dan bendungan di
kawasan banjir. Karena ketakutan warga akan banjir susulan. Pasalnya cuaca
dari pagi mendung," tuturnya.
Terkait banjir bandang tersebut, ratusan warga di ungsikan di Sekolah Dasar
di Kampung Leuwidulang. Sekitar 38 warga atau 470 orang diungsikan. Namun,
beberapa orang sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing. "Para
pengungsi sudah mulai pulang karena air sudah surut. Namun saat ini masih
ada beberapa warga yang masih tinggal di SD Leuwidulang," tuturnya.
Hingga Jumat (25/12) sore warga masih membersihkan rumahnya dari sampah
sisa banjir yang merendam sekitar.
Banjir yang disertai lumpur tersebut, diawali guyuran hujan deras sekitar
tiga jam di sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung dan sekitarnya, Kamis
(24/12), hingga merendam sekitar 4000 rumah Kecamatan Majalaya, Ibun, dan
Kecamatan Paseh.
Kecamatan Majalaya tercatat sebagai kawasan yang paling terkena dampak
banjir yang dinilai lebih parah dibandingkan peristiwa serupa yang terjadi
di Majalaya pada 1997.
( Ant / CN13 )
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/25/42884
18 Desember 2009
GALIAN GALIAN GALIAN
Aktifitas Galian C Desa Cupang, Dipertanyakan..!
Posted on November 19, 2009 Kab. Cirebon, ChakrabuanaPerhutani, adalah lembaga yang berwenang untuk menjaga dan mengelola seluruh hutan di negeri ini, mereka pulalah yang bertanggungjawab terhadap sesuatu yang terjadi disetiap hutan milik Negara.
Namun, apa yang terjadi di desa Cupang Kec. Gempol Kab. Cirebon sepertinya menunjukkan bahwa pihak Perhutani cukup lemah jika tidak disebut sangat lemah dalam hal pengawasan diwilayah kerja atau kekuasaannya. Ini terbukti masih banyak penjarah kayu Negara bahkan terkesan membiarkan kegiatan galian yang diduga illegal yang menggunakan alat berat dan berjalan sudah cukup lama hingga berakibat efek yang sangat buruk pada kehidupan masyarakat sekitar..
Desa Cupang Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon, memiliki wilayah Pangkuan Hutan yang cukup luas, Yakni mencapai 751,90 Ha. Adapun wilayah Pangkuan Hutan tersebut merupakan pengawasan dari BKPH Ciwaringin dan dibawah naungan KPH Majalengka.
Terhitung dari tahun 1989 BKPH Ciwaringin dengan masyarakat Desa Cupang Bekerjasama dalam pengelolaan Hutan, dalam Program membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH), dengan memprioritaskan wilayah hutan seluas 329,90 Ha dijadikan sebagai lahan garapan bagi masyarakat dalam bentuk PS, masyarakat dalam mengolah lahan garapan tersebut melakukan penanaman tanaman dengan ketentuan 25 % bentuk tanaman sela dan sisipan dengan jenis tanaman palawija, dan 75 % tanaman milik Perhutani seperti Kenangga, Mahoni, Kormis, Mangium. Anggota yang tergabung dalam KTH, yang masing-masing memiliki hak garap lahan seluas 0,25 Ha, dalam kerjasama dengan pihak Perhutani diwajibkan memelihara serta menjaga tanaman milik perhutani tersebut, ” pihak Perhutani memprioritaskan Hutan Desa Cupang, supaya hijau dan tentunya dengan kerjasama ini tidak ada yang dirugikan “ menurut asisten Perhutani (asper) Ridwan Nur Anwar, sewaktu ditemui Chakrabuana dikantornya.
Dalam kerjasama tersebut dapat memberikan hilai lebih bagi Anggota KTH yang tentunya mendapat keuntungan berupa materi dari hasil bercocok tanam, begitupun sebaliknya bagi pihak Perhutani sendiri mendapat keuntungan dari produksi kayu.
Namun akhir-akhir ini masyarakat Desa Cupang seakan mengeluh dengan kondisi hutan yang begitu menghawatirkan, mengingat terhitung mulai tahun 2008, sudah berdiri Tiga Perusahaan galian batu serta produksi batu, diantaranya di petak 10c seluas 4,90 Ha termasuk Gunung Leneng, merupakan lokasi galian CV. Bahana Alam, petak 10f seluas 24,90 Ha termasuk Gunung Hanjuang, merupakan galian dari CV. KWS, dan dipetak 11b dengan luas 17,35 Ha termasuk Gunung Picung, merupakan galian CV. Aria . dari ketiga CV tersebut dalam aktivitas penggalian Gunung-gunung diwilayah termasuk hutan pangkuan Desa Cupang, bahkan radius dari lokasi galian begitu dekat terhadap pemukiman penduduk.
Sebagian besar masyarakat mempertanyakan berdirinya tiga Perusahaan tersebut mengingat selama ini masyarakat tidak pernah merasa diajak sosialisasi bahkan persetujuan akan rencana galian. “ selama ini kami tidak pernah diberi tahu, kalau diwilayah kami akan berdiri perusahaan-perusahaan yang akan menggali gunung, namun menurut kabar kalau tiga perusahaan tersebut Legal, dan sudah mengantongi perizinan. “ menurut salah satu tokoh masyarakat yang engan disebut namanya mengungkapkan pada Chakrabuana.
Memang sudah sepatutnya sebuah perusahaan yang melakukan aktivitas galian C harus memiliki perizinan baik perizinan lokasi maupun perizinan pertambangan. “ kami mensinyalir untuk memperoleh perizinan, tiga perusahaan tersebut ada rekayasa dengan pihak aparatur desa maupun Perhutani, sebab masyarakat tidak pernah diajak rapat, bahkan masyarakat maupun pihak Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tidak pernah menendatangani persetujuan akan berdirinya perusahaan yang akan melakukan galian “. Menurut salah satu tokoh pula menegaskan.
Terjadinya gejolak masyarakat Desa Cupang tidak hanya mempertanyakan proses perizinan tiga perusahaan tersebut, tetapi juga akan dampak dari adanya galian diantaranya pencemaran udara akibat karena debu yang ditimbulkan dari aktivitas produksi, erosi dari gunung yang setiap hari dikikis, maupun akan sumber mata air yang hilang.
Sungguh ironis kalau pihak terkait dari pihak perhutani maupun pemerintahan setempat yang tentunya memiliki program pelestarian hutan malah kerjasama dengan investor mengeruk keuntungan dengan merusak lingkungan, walaupun ada ketentuan reklamasi namun ekosistem yang ada tidak mungkin akan kembali seperti semula. Cip’r
LINGKUNGAN KABUPATEN CIREBON
Lingkungan
Cirebon, Kompas - Meskipun ditutup pada Juni lalu, proyek penambangan galian C di Bukit Azimut, Desa Waled Asem, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, masih beroperasi hingga Jumat (6/11). Sekitar lima truk masuk dan keluar dari lokasi galian seluas 2,5 hektar tersebut. Pasir itu diangkut tanpa terpal menuju pantai utara (pantura).
Penggalian kembali galian C di bukit itu tidak hanya menggunakan cara manual, tetapi juga alat berat. Bukit Azimut sudah terpotong sebagian, tetapi pengerukan terus dilakukan.
Selama ini keberadaan penggalian pasir di bukit itu menuai kecaman dari warga setempat. Perkumpulan Pencinta Kelestarian Alam (Petakala) Grage pada tahun 2008 menemukan ada kerusakan lingkungan akibat eksploitasi tambang, di antaranya penebangan tanaman, ketidakstabilan tebing penambangan karena perubahan bentuk topografi, kenaikan air limpasan yang berpotensi menimbulkan erosi dan sedimentasi, timbulnya lahan-lahan kritis, dan berkurangnya resapan air.
"Beberapa tanaman buah eksotis, misalnya Manoa annona reticulata dan tanaman obat lainnya yang berada di Azimut, juga ikut terancam hilang," kata Deddy Madjmoe, aktivis Petakala Grage.
Dinas Lingkungan Hidup pada pertengahan tahun 2008 meninjau langsung galian C itu, dan berjanji menutup galian ilegal. Puncaknya pada Juni 2009 Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Cirebon menutup penambangan di Bukit Azimut, Blok Cadas Gantung, Desa Waled Asem, Kecamatan Waled. Namun, pada November ini galian beroperasi kembali.
Surini (43), warga Desa Babakan, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, mengaku selalu melihat truk berisi pasir masuk-keluar daerah tersebut sejak awal November. "Saya tidak tahu persis kapan tepatnya truk pengangkut pasir beroperasi lagi, tetapi sekarang sering. Kadang dalam sehari ada lima truk masuk-keluar," katanya.
Surini mengakui, warga terganggu karena pengangkutan pasir menimbulkan debu. Jalan pun mudah berlubang karena dilalui terus-menerus oleh truk bermuatan berat.
Arif Rahman, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Cirebon, mengaku belum memonitor kondisi galian C pascapenutupan karena jadwal DPRD masih padat setelah dilantik. Namun, persoalan pembukaan galian C nantinya tetap mendapatkan perhatian DPRD. (NIT)
11 Desember 2009
SEMOGA TIDAK ADA LAGI BENCANA
Untuk suport operasi pendampingan dan percepatan pemulihan paska bencana gempa Sumbar, Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam Bandung Raya (FKBPA-BR), menerima donasi melalui No. Rekening 178027713 a/n. Nugraha Pancakusuma (pelay).
- Rekan rekan dari FK-KBPA-BR sampai saat ini masih berada di Sumatera Barat. Berikut laporan perkembangan yang dilakukan rekan-rekan disana, seperti dikirimkan oleh rekan Pelay. Perluasan Area Pendampingan Pendampingan merupakan program penguatan warga, mendorong warga untuk mampu mendata, mencari dan membuat keputusan untuk mempercepat proses pemulihan kondisi pasca gempa. Termasuk bila perlu mendorong solusi dari kekuatan warga sendiri secara swadaya. Di tiga titik pendampingan yang dilakukan oleh rekan-rekan KBPA yaitu Korong Patamua, Korong Gunung dan Korong Hulu Banda, telah mulai adanya pemahaman warga ke arah hal tersebut dan menghilangkan paradigma ketergantungan dengan bantuan. Kondisi di wilayah dampingan rekan-rekan FKBPA hampir 90 persen rumah tidak layak huni. Program hunian dirancang berdasarkan kondisi aman huni, layak huni dan tetap huni yang dirancang bersama warga masyarakat. Kondisi perekonomian rata-rata masyarakat adalah petani, dan semua kondisi irigasi serta lahan terganggu karena longsor. Dari ukuran yang didiskusikan dengan warga, ketahanan pangan warga hanya mencukupi 2 bulan kedepan, sedangkan untuk menunggu perbaikan diperlukan waktu 6 bulan. Itupun bila mendapat bantuan. Artinya perlu adanya solusi lain berupa penghasilan darurat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam hal pertanian, bersama warga mengusahakan pengadaan lahan garapan yang bisa ditanami dengan tanaman cepat panen. Hal ini sebagai usaha agar warga tetap memiliki penghasilan sembari menunggu perbaikan irigasi. Program pendampingan yang dilakukan tim juga melakukan pengelolaan dan mendampingi warga dalam urusan bantuan serta mekanisme distribusi agar tidak terjadi tumpang tindih bantuan, bersama warga juga melakukan assessment untuk keperluan data base warga dan mengusahakan koordinasi kebutuhan dengan lembaga bantuan (NGO maupun Pemerintah). Hanya sebuah usaha tanpa asumsi adanya kepastian bantuan. Saat ini rekan-rekan relawan KBPA masih membutuhkan dukungan untuk kegiatan pendampingan tersebut. Untuk dukungan operasi pendampingan dapat menghubungi: Pelay KBPA 8164 659 230 Deny Dansatgas KBPA Untuk Sumbar 8191 113 6501 atau dengan menghubungi sekretariat Mapaligi UNIKOM, Jl. Dipati ukur, Bandung.
West Java Respond (JAWA BARAT PEDULI
08 Desember 2009
PROFIL ORGANISASI
UNTUK LINGKUNGAN HIDUP DAN KEGIATAN DIALAM TERBUKA
Perkumpulan Pecinta Kelestarian Alam Grage, PETAKALA GRAGE, adalah sebuah organisasi yang para anggotanya bergiat di alam bebas dan terdorong untuk melestarikannya. Berdiri pada tanggal 22 November 1984 oleh sekelompok pemuda yang mempunyai kegemaran sama dan berminat berbuat sesuatu bagi lingkungan hidup. Mereka adalah : Sumarno. MTH, Drs. Didik Z.Hans.MM, Awih Zaenudin, Deddy Madjmoe, Gouw Sutiawan, Andries, Ujang Suprapto , Drs. Endang Koswara,Ende Adjie dan Diding. Angkatan ini disebut Angkatan Pendiri dengan nama Babak Caruban (Bacar).
Berdirinya Petakala Grage yang sebelumnya bernama Perkumpulan Pecinta Kelestarian Alam dan Pendaki Gunung Ciremai Country Club atau PETAKALA C3 didorong oleh anggapan bahwa seorang penggiat alam bebas, sesungguhnya dapat melakukan banyak hal yang berkaitan dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Upaya pemanfaatan potensi ini akan berdampak luas jika dihimpun kedalam satu kelompok terorganisir, berkualitas dan mandiri. Dengan pemikiran itulah Petakala Grage didirikan.
Pada Rapat Anggota tanggal 23 Juli 1990 nama PETAKALA C3 disempurnakan menjadi PETAKALA GRAGE, peresmiannya dilaksanakan di Puter Lumbung pada tanggal 17 Agustus 1990 dengan Lambang Perkumpulan :Empat arah mata angin dengan latar belakang tiga helai daun apad sebuah bujur sangkar.
1. Angkatan Babak Caruban (BACAR)/Pendiri
2. Angkatan Pusar Cetiga (PUCET) 1988-1989
3. Angkatan Puter Lumbung (PUTLU) 1990
4. Angkatan Garba Rimba (GARIM) 1991
5. Angkatan Tapak Pusar (TAPUS) 1991
6. Angkatan Rawa Pusar (RAPUS) 1993
7. Angkatan Tanpa Nama (TANAM) 1995
8. Angkatan Tectona Grandis (TECGRAN) 1996
9. Angkatan Jana Gurila (JAGUR) 1998
10. Angkatan Rawa Belalang (RABEL) 1999
11. Angkatan Pinanga Javanga 2000
Anggota Yang Meninggal Dunia (Anumerta) :
1. Dedi Umayadi APG 215 PUCET
2. Bambang Suliztiarto APG 338 PUTLU
APG: Anumerta Petakala Grage
Akta Notaris oleh Ny.EVELINE INDRAWATI, SH tanggal 14 Juni 1999 Nomor 03 dan pada hari Selasa,15 Juni 1999 Anggaran Dasar Perkumpulan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Sumber Kabupaten Cirebon.
Pada saat ini Petakala Grage lebih dikenal dengan sebutan PG.
DISPLIN, GIGIH DAN BERANI HIDUP
PADAMU NEGERI JIWA RAGA PETAKALA GRAGE
Informasi Kontak
Email: petakalagrage1984@gmail.com
Situs Web:
http://petakalagrage.blogs
Lokasi:
JLN.BUYUT RODA GANG POLOS 84 CILEDUG
Cirebon, Indonesia
04 Desember 2009
Tentang Badan SAR Nasional
|
03 Desember 2009
Dari Latihan Tim Rescue Basarnas 2009
JAKARTA – Musibah tak bisa diprediksi. Celakanya, intensitas musibah, baik di darat, laut, maupun udara semakin tinggi. Jenis-jenis musibahnya juga semakin kompleks. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Mulai kegagalan teknologi, faktor alam, hingga human error. Yang pasti, selalu ada korban didalamnya. Dan, penanganan korban itu membutuhkan kemampuan yang spesifik. Nah, institusi pemerintah yang berkompenten dalam hal pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue) adalah Badan SAR Nasional (Basarnas).
Setelah resmi menjadi Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) sesuai Kepres No. 99 Tahun 2007, Basarnas terus meningkatkan eksistensinya. Salah satunya dengan menggelar kegiatan latihan tim rescue. Latihan selama 8 hari, mulai Jumat (5/6) - Jumat (12/6) itu terpusat di kawasan BUPERTA Cibubur, Gunung Salak, dan Kolam Renang Wiladatika. Pesertanya, 30 rescuer dari Kantor Pusat Basarnas dan Kantor SAR Jakarta.
Pelatihan dibuka oleh Kasubdit Perencanaan Diklat Drs Darmawan MM mewakili Direktur Diklat dan Pemasyarakatan SAR, Laksma TNI Bambang Riswanto.
“Tujuan latihan ini untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan atau kompetensi yang telah dimiliki oleh tim rescue di lingkungan Basarnas,” tandasnya.
Ya, rescuer adalah salah satu ujung tombak dalam setiap operasi SAR. Rescuer harus siaga, siap operasi setiap saat, dan harus memiliki skill yang mumpuni.
“Latihan ini juga menjadi upaya pembinaan berkelanjutan untuk menjawab visi dan misi Basarnas ke depan, terutama dalam mengantisipasi jenis bencana atau musibah yang sering terjadi khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” tandas Noer Isrodin, selaku ketua panitia pelaksana.
Beberapa materi yang didalami meliputi peningkatan kondisi fisik, penanganan kecelakaan kendaraan, jungle rescue, water rescue, high angle rescue, dan heli rescue.
Peningkatan kondisi fisik mencakup latihan peningkatan sistem kardio vaskuler; latihan peningkatan kecepatan, kekuatan dan daya tahan otot. High angle rescue (pertolongan di ketinggian/medan vertical) meliputi tali dan simpul, penggunaan tripod dan larkin rescue frame, anchoring/belaying, ascend dan descend (menaikan dan menurunkan korban), serta exercise. Road Accident Rescue (RAR) atau penanganan kecelakaan kendaraan mencakup pengendalian keselamatan, pengenalan dan pengoperasian peralatan ekstrikasi, stabilisasi kendaraan, teknik ekstrikasi, dan pengorganisasian operasi rescue. Heli rescue (pertolongan dengan helikopter) meliputi heli rappeling; evakuasi medis udara dengan tandu, rescue net, dan fullbody harnest; pembuatan heli box, serta marshalling dan prosedur safety . Water rescue (pertolongan di air) meliputi teknik penyelamatan non swim rescue, teknik defend atau release, teknik dasar renang, dan metode reach (menjangkau), throw (melempar), row (menghampiri dengan alat bantu) go (menghampiri dengan keahlian) dan tow/carry (menarik). Metode ini populer disebut metode RTRGT.
Sedangkan jungle rescue (pertolongan di gunung hutan) meliputi pematangan teknik penggunaan GPS, membaca peta, dan komunikasi via handy talky (HT).
”Metode latihan berupa simulasi dan kompetisi yang menitikberatkan pada aspek penanganan kecepatan bertindak tanpa mengesampingkan keutamaan faktor safety agar terbentuk keterampilan yang cepat, tepat dan aman,” tandas Noer.
Bersamaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan kader Kosgoro dari 8 provinsi juga menggelar pelatihan di Wisma Hijau Cibubur, Selasa (9/6) – Jumat (12/6). Pesertanya berjumlah 34 orang dari Kosgoro Pusat, DKI, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur.
Sebelumnya, mereka mendapat materi tentang teknik mendirikan dapur umum dan mendirikan tenda termasuk membuat WC umum dari Departemen Sosial (Depsos) dan Departemen Kesehatan. Dan, dari Basarnas selama sehari penuh, memberikan teknik evakuasi di darat maupun di air serta pengenalan dan pengoperasian perahu karet. Pengenalan bagian-bagian perahu karet yang meliputi haluan, buritan, dudukan mesin, deck (geladak) dan lunas dipaparkan dengan rinci. Bagaimana merangkai perahu karet, mengangkat, dan menurunkan perahu karet secara tim juga langsung dipraktekkan oleh peserta. Peserta juga diberi materi tentang teknik mendayung, memahami mesin tempel dan cara pemasangan serta perawatannya. Tidak hanya itu, teknik mengangkat korban di air oleh 1 dan 2 orang, semuanya diserap para peserta dengan antusias. Semua teknik itu langsung diaplikasikan di danau Cibubur.
“Pelatihan ini dalam rangka voluntarisme atau pengembangan kader dalam hal penanggulangan bencana oleh masyarakat. Ekspektasi pelatihan dasar ini agar peserta mampu berperan aktif dan memahami prosedur dasar atau managemen bencana jika terjadi musibah di daerahnya,” tutur Mudjiharto, Direktur Kesiapsiagaan BNPB didampingi Badrun SH MPd, Kabid Kurikulum dan Penyelenggaraan Diklat BNPB di Danau Cibubur, Kamis (11/6).
Pada kesempatan tersebut, peserta juga sempat menyaksikan aksi latihan tim rescue Basarnas saat melakukan pertolongan dan evakuasi di air menggunakan fullbody harnest dengan helikopter yang dipiloti oleh Kapten PNB Kholik.
“Luar biasa! Tidak semua orang bisa melakukan teknik pertolongan seperti itu, itu butuh keahlian dan latihan yang keras, appresiated buat tim rescue Basarnas,” ungkap salah seorang peserta dari Jogjakarta. (ab)
LATIHAN, Siaga, dan Operasi. Tiga hal itulah yang menjadi ruh tim Search And Rescue (SAR) dalam mengemban misi kemanusiaan. Inilah komentar para rescuer yang mengikuti latihan tim rescue 2009.
Noer Isrodin, Ketua Panitia
Wujudkan Misi dan Visi Basarnas
LATIHAN ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian rescuer. Agar dalam operasi SAR, para rescuer selalu siap siaga dimanapun dan apapun bentuk medannya. Latihan ini juga salah satu upaya pembinaan berkelanjutan untuk menjawab visi dan misi Basarnas ke depan. (*)
Mu’min Maulana, Rescuer Senior Kantor SAR Jakarta
Mereview Teknik SAR
Ini latihan yang sangat penting untuk mereview (menyegarkan) kembali teknik-teknik SAR bagi para rescuer, khususnya rescuer dari Kantor SAR Jakarta.
Saya, sebagai fasilitator yang dituakan dari Kantor SAR Jakarta mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan peserta. Selebihnya, kami minta maaf jika selama mengikuti latihan ini ada tindakan yang kurang sopan, kurang berkenan atau menyinggung para fasilitator atau peserta lainnya. (*)
PALING CAKEP NICH: Dika, komandan Tim Challenger.
Dika, Rescuer Pos SAR Cirebon
Mesti Rutin Dilakukan
Kami berharap, latihan semacam ini rutin dilakukan. Hanya dengan latihan-latihan semacam inilah, kemampuan rescuer terus terasah. Selain itu, kami juga bisa berimprovisasi, menganalisa, atau mengembangkan teknik-teknik baru dengan peralatan-peralatan SAR yang baru maupun yang lama untuk mengefektifkan dan mengefisienkan operasi SAR. (*)
EVALUASI : Kapten Pnb Kholik memberikan arahan dan komentarnya sebelum mengakhiri sesi helly rappeling dan helly jumping. Foto: agus basori
Kapten Penerbang Kholik, Pilot Helikopter SAR
Saling Belajar, Saling Mengisi
Latihan ini benar-benar menjadi latihan bersama yang luar biasa. Ini menjadi pengalaman berharga bagi kami, khususnya kru helikopter. Saya puas, bangga kepada tim rescue dari Basarnas. Meskipun latihan, mereka serius, tidak gegabah atau sembrono. Mereka sadar betul, obyek yang mereka tolong adalah nyawa manusia dan kita (rescuer) juga mempertaruhkan nyawa untuk menolongnya.
Latihan ini juga menjadi latihan bagi kami, kru helikopter. Ya, kita sama-sama belajar dalam latihan ini. Dan alhamdullilah, dalam latihan ini, khususnya helly rappeling dan pertolongan di air dengan helikopter, berjalan aman, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (*)
TERUS BERGERAK: Tim Challenger, Agus Basori, Rizki, Mamang, Estu, Heroe, Daus dan Dika (ngga keliatan karena baru motret), membelah hutan Gunung Salak. Foto: dika
Agus Basori, Humas Basarnas
Ajang Transformasi Ilmu SAR
Sekitar pukul 08.00, saya sampai di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur. Ada perasaan haru. Latihan dasar (latdas) tingkat dasar angkatan ke 32 baru kelar 3 bulan yang lalu, tepatnya tanggal 15 Maret sampai 5 April 2009. Memori latdas selama 22 hari itu masih terekam utuh di benak saya. Ya, latdas yang menjadi kawah candradimuka-nya bagi para rescuer baru. Dari 33 peserta, 4 rescuer tak lulus. Itu membuktikan betapa beratnya latdas waktu itu.
Saya bersama 4 rescuer angkatan 2008 yang ikut dalam latihan rescue 2009 ini merasa beruntung. Selain mendapat ilmu dan teknik baru tentang SAR, kami bisa lebih mengenal dan berinteraksi dengan para rescuer senior. Selama 8 hari menjalani latihan bersama, rasa persaudaraan tumbuh dan semakin erat. Secara langsung maupun tidak langsung, para rescuer senior itu mentransformasikan ilmunya kepada kami. (*)
Man of The Macht:
BIKIN KISRUH: Aksi Manurung saat mengusik konsetrasi tim lain yang sedang melakukan aplikasi teknik Road Accident Rescue (RAR) di area parkir Buperta Cibubur. Foto: agus basori
Denny Candra Cristian Manurung
Gorilla Juara di Air
Bukannya tidak fokus pada materi atau tidak serius dalam hal aplikasi di lapangan, tetapi memang begitulan karakteristiknya.
Dialah Manurung. Rescuer angkatan 2005 dari Kantor SAR Jakarta. Dia mendapat bonus dari panitia, lantaran memegang record waktu tercepat dalam hal penyelamatan di air dan memagang waktu terlama dalam hal mengapung di air. Padahal, tubuhnya tergolong gemuk alias over wight.
Jog-jog-nya segar. Tidak pernah tersinggung mesti dikatai apa saja oleh teman-temannya. Yang pasti, suasana terasa berbeda jika dia tak ada. Terasa sepi.
Yang membuat ambivalen, tim I yang ia pimpin diberi nama tim Gorilla. Identik dengan bentuk tubuh si Manurung yang tinggi besar. Tapi, nama tim yang identik dengan penguasa hutan belantara itu justru knok out (baca: KO) saat di hutan. Tapi, justru juara di air. Mungkin, Gorilla yang satu ini sudah beraviliasi dengan dunia air, hehehe,… (*)
Sumber : Basarnas
Menyimak Pelatihan Dasar (Latdas) BASARNAS ke-32
Oleh : Agus Basori
Pagi itu, masing-masing regu berkemas. Siangnya, mereka sudah siap dengan perlengkapannya masing-masing. Selanjutnya, mereka berbaris. Tidak go away begitu saja. Setelah diberi intruksi, seluruh peserta kembali harus jalan jongkok dengan carrier di punggungnya. Dari titik berbaris hingga keluar pintu gerbang Gunung Salak I. Jaraknya, sekitar 150 meter.
Setelah itu, semua peserta turun gunung menyusuri jalanan, menuju tempat penutupan, halaman kantor Kecamatan Tamansari. Jaraknya, 5 kilometer lebih. Selama jalan, lagu itu terus menerus didengungkan para siswa penuh semangat.
Menjelang sore, semua peserta sudah berkumpul di kantor kecamatan. Entahlah, sejak pagi hingga menjelang sore itu, semua peserta hanya minum. Spirit mereka tumbuh berlipat-lipat. Euforia setelah 22 hari terisolir dari dunia luar dan akan kembali pulang. Bisa dimaklumi, selama itu, mereka memang tak berinteraksi dengan kolega, keluarga, terlebih belahan hati.
Setelah semua peserta lengkap, upacara penutupan dimulai. Seperti pada pembukaan, sambutan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya IB Sanubari SE yang dibacakan oleh instruktur upacara, Laksamana Pertama Bambang Riswanto, Kepala Direktorat Diklat dan Pemasaran SAR berharap, agar semua ilmu yang telah diperoleh para siswa selama latdas bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di masyarakat maupun di lingkungan kantor.
“Saya mengucapkan selamat, semua peserta bisa menyelesaikan latdas ini dengan penuh dedikasi, tanpa kurang suatu apapun,” ungkapnya.
Senada diungkapkan Ketua Panitia Latdas Angkatan Ke-32, Noer Isrodin SPd. “Latihan tingkat dasar ini sifatnya wajib diikuti oleh seluruh personil Basarnas. Ini menjadi dasar bagi rescuer untuk melanjutkan ke jenjang atau pelatihan-pelatihan lanjutan lainya,” tandasnya.
Ya, memang ada pelatihan lanjutan, tentunya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Diantaranya, jungle rescue, water rescue, high angle rescue, extrication rescue, confine space rescue, dan medical first responder.
Sementara coordinator instruktur, Sukarta mengungkapkan, agar para peserta menjaga semangat jiwa korsanya. Tetap menjalin hubungan baik sesama peserta di lingkungan kantor maupun di masyarakat. Ia juga meminta maaf jika selama latdas banyak sikap dan tindakan maupun kata-kata para instruktur yang membekas lara di hati para peserta. “Ya, karena tugas kami adalah mendidik kalian. Membentuk kepribadian, mental dan fisik kalian sebelum menjalankan tugas sehari-hari,” katanya didampingi instruktur lainnya seperti Retno Budiharto SE, Emi Frizer, Muksin AMd, Mikel Rahman Junika, Doni Amrizal, Dedy Mulyadi, Heru Suhartanto, dan Kamal Riswandi.
Para peserta kemudian branch (makan pagi sekaligus makan siang) prasmanan di kantor kecamatan. Setelah itu, para peserta diangkut truk TNI AD menuju Kantor Pusat Basarnas lalu pulang ke rumahnya masing-masing. (*)
Sumber : http://basarnas.go.id
Menyimak Pelatihan Dasar (Latdas) BASARNAS Angkatan ke-32 (9)
Be’ol di Semak, 5 Hari Tak Mandi
Setelah menemukan korban, seluruh peserta menghabiskan waktunya di Gunung Salak I, di ketinggian sekitar 810 meter. Selama dua hari, mereka mereviuw, kembali mengaplikasikan semua ilmu yang telah diserap baik secara indivindu maupun tim.
Oleh : Agus Basori
SUASANA latihan dasar (latdas) sudah tidak menegangkan lagi. Kebetulan, Gunung Salak I itu sudah menjadi obyek wisata. Banyak pendaki, banyak pula keluarga yang week and di tempat itu.
Malam terakhir, seluruh peserta dan seluruh instruktur berkumpul. Hanya diterangi lampu petromaks, suasana terasa haru. Ada juga sejumput rasa kecewa. Ya, bagi peserta yang staminanya lembek, mereka bersuka cita karena latdas sudah berakhir. Namun, bagi rescuer yang memiliki jiwa petualang yang tinggi, tidak mencapai puncak Gunung Salak di ketinggian 2100 meter, adalah kemasgulan. Namun, jiwa korsa menuntut solidaritas yang tinggi. Atas nama tim, akhirnya semua bisa menerima fakta, bahwa petualangan itu harus berakhir esok harinya.
Koordinator Latdas, Sukarta, juga memberi beberapa evaluasi. Bahkan, juga menyebutkan bahwa ada beberapa peserta yang tidak lulus. Ia minta agar yang tidak lulus tidak berkecil hati dan mempersiapkan diri untuk latdas tahun berikutnya dengan perfomen yang lebih bagus. Beberapa peserta yang merasa tidak lulus pun down. Hanya bisa tepekur, merenunginya. Meskipun, siapa saja yang tidak lulus itu tidak diumumkan pada malam itu. Namun, akan diberitahu setelah beraktifitas di kantor.
Setelah pertemuan itu, semua peserta diberi sedikit keleluasaan. Mereka menikmatinya sampai larut. Ya, suasana malam itu begitu indah. Berada diatas gunung, menerawang jauh dan tampak gemerlap cahaya listrik kota Bogor dari celah punggungan gunung. (*)
Laporan Khusus Latdas Basarnas Angkatan Ke-32 (9)
Sarana SAR
| ||
A. SARANA SAR UDARA Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun kuantitasnya. HELIKOPTER (rotary wing) a) Jumlah, type dan kemampuan pesawat. Sarana udara yang dimiliki BASARNAS adalah Helikopter NBO-105 buatan IPTN tahun 1980 sebanyak 2 buah, kemudian mendapat hibah dari Badan Diklat Perhubungan dan PT Pelita Air Service sebanyak 8 (delapan) buah terdiri dari 7 buah jenis NB0-105 dan 1 (satu) buah jenis Bell 206. b) Pengoperasian pesawat. 1. Kegiatan Operasi berjadwal. Untuk kegiatan ini dialokasikan rata-rata 100 jam, meliputi:
2. Kegiatan Operasi tak berjadwal Meliputi operasi SAR dan dukungan SAR terhadap penanganan bencana alam dan kegiatan lain yang dipandang perlu menyiagakan pesawat B0-105 sebagai unsur SAR. Dari kegiatan ini dialokasikan waktu sekitar 200 jam. Contoh kegiatan ini antara lain pada waktu tanggap darurat bencana Tsunami Aceh, HR-1518 di BKO kan ke Banda Aceh. Kegiatan operasi kemanusiaan ini dengan basis di Blang Pidie untuk mendukung distribusi logistik di daerah Meulaboh dan sekitarnya dapat berjalan lancar, karena kerjasama yang baik dengan tim Helikopter dari type yang sejenis sebanyak 5 buah dibawah koordinasi dan bantuan Avtur dari Perhubungan Udara. 3. Latihan SAR Kegiatan latihan ditujukan pada pembentukan dan upaya mempertahankan serta meningkatkan kualifikasi yang akan dan telah dimiliki penerbang dalam rangka mendukung kegiatan operasi SAR. Dari alokasi jam terbang bidang latihan sebanyak 150 jam, terdiri atas; latihan SAR 50 jam, konversi 30 jam, profisiensi 40 jam, kaptensi 30 jam.
B. SARANA SAR LAUT Untuk mendukung kegiatan SAR dalam penanganan musibah diperairan, yang terjadi di setiap wilayah, maka dibutuhkan Sarana SAR Laut pada saat pelaksanaan operasi SAR. 1) Rescue boat Rescue boat merupakan kapal dengan versi SAR, sarana ini sangat menunjang dalam penyelamatan korban di lautan. Selain sebagai sarana angkut tim rescue yang akan memberikan pertolongan, juga harus mempunyai kemampuan mencari dan mengarungi lautan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan. Guna mendukung upaya SAR dilaut BASARNAS telah didukung dengan rescue boat. Sarana operasional ini dipergunakan pada daerah dekat pantai dan sangat efisien untuk penyelamatan korban di air pada permukaan yang dangkal, berbentuk menyerupai perahu karet dengan lunas fiber glass serta dilengkapi kemudi dibagian tengah untuk memberikan sudut pandang yang luas bagi operatornya.
C. SARANA ANGKUT SAR DARAT Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi SAR, saran dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap beriringan dengan kemajuan IPTEK baik kualitas maupun kuantitasnya. 1) Rescue Truck Rescue truk merupakan sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah lain, seperti gempa bumi atau bangunan runtuh, sarana ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dari fungsi BASARNAS dan posisi kantor Pusat di ibu kota. Sampai saat ini BASARNAS memiliki 3 unit Rescue truck yang dioperasikan di Jakarta, Surabaya dan Denpasar. Prioritas menempatkan RescueTruck ini karena pertimbangan kemungkinan musibah yang terjadi khususnya gempa bumi atau gedung runtuh dan kecelakaan jalan raya yang sangat padat di pulau Jawa, termasuk kecelakaan kereta api. 2) Rescue Car. Rescue car disiapkan dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim rescue yang akan memberikan bantuan per-tolongan. Dengan kelengkapan rescue tool, maka tim rescue dapat segera memberikan bantuan pada korban yang terjepit. Sampai dengan tahun 2004 telah didistribusi kan Rescue car ke seluruh kantor SAR, seperti yang terlihat pada gambar. D. PERALATAN SAR (SAR Equipment) Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi rescuer ketika melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi. Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu: 1. Peralatan perorangan Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan; 2. Peralatan beregu. Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu; Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika melakukan penyimpanan maupun penyiapan untuk operasi. Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung Siaga SAR, Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan anggaran dan biaya operasional. Peralatan SAR masing-masing Kantor SAR sedikit berbeda jenis maupun jumlahnya, tergantung lokasi dan kondisi setempat. E. PERALATAN KOMUNIKASI Salah satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi ini tidak lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi balk berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar mempunyai fungsi: 1. Jaringan Penginderaan Dini Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran dan/atau penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini mungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran dan aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path peraturan internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan ICAO untuk memonitor musibah penerbangan. Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari pemerintah Kanada untuk pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut berfungsi sebagai alat deteksi dini signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-alat tersebut adalah LUT (Local User Terminal) yaitu berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari Cospas dan SARSAT. 2. Jaring Koordinasi Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga secara cepat dan tepat. 3. Jaring Komando dan Pengendalian Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksudkan untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR. 4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan pembinaan dan administrasi perkantoran. Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :
Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk memonitor penerbangan dan pelayaran. |
Pelatihan & Pembinaan SAR
a. Pelatihan Pelatihan dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan: 1) Pelatihan dasar dan lanjutan SAR oleh BASARNAS, serta masing-masing instansi/ organisasi.
b. Pembinaan Pembinaan potensi SAR nasional dilakukan baik oleh BASARNAS secara bertahap sesuai dengan prioritas kepada instansi pemerintah, swasta dan masyarakat berpotensi SAR untuk mendukung operasi SAR disamping menunjang tugas pokoknya masing-masing. Pembinaan juga dilakukan oleh FKSD berdasarkan program pembinaan yang disusun bersama dengan seluruh instansi/organisasi pemilik Potensi SAR Daerah. Adapun jumlah personil yang telah dibina melalui program diktat SAR, dari seluruh unsur Potensi SAR tertera dalam tabel di bawah. Latihan ini dimaksudkan untuk memelihara kemampuan/ ketrampilan SAR yang telah dimiliki, demi memperoleh prestasi yang handal. Latihan yang dilaksanakan antara lain :
d. Latihan SAR Penyuluhan tentang SAR untuk menunjang tugas Operasi SAR dengan cara melakukan penyiapan bahan dan penyuluhan tugas SAR seperti penyiapan bahan-bahan penyusunan pedoman penyuluhan tugas-tugas SAR, penyiapan petunjuk teknis penyuluhan kepada masyarakat. |
PEMBINAAN POTENSI SAR
- Diklat SAR tingkat Dasar
- Diklat SAR tingkat Lanjutan
- Diklat SAR tingkat Spesialis
- Diklat SAR tingkat Pendukung
Mekanisme Pengajuan Diklat sebagai berikut :
DIAGRAM PENGAJUAN PELATIHAN (SERTIFIKAT) SAR BAGI POTENSI SAR
KLASIFIKASI DAN MATERI
1. Rescuer - (130 JP)
Waktu : 13 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Materi :
a.ESAR (18 JP)
- Navigasi Darat
- Survival
- PPPM
- Teknik Pencarian
c. Teknik Evakuasi (25 JP)
d. Prosedur Operasi Heli (6 JP)
e. Komunikasi SAR (2 JP)
f. Ceramah dan Organisai SAR (2 JP)
g. Binsik (10 JP)
h. Aplikasi Lapangan (30 JP)
2. Rescuer Muda - (170 JP)
Waktu : 7 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Materi :
a. ESAR (10 JP)
b. Medical First responder (13 JP)
c.Teknik Evakuasi (12 JP)
d. Prosedur Operasi Hell ( 2 JP)
e. Pengenalan Pertolongan di Air ( 2 JP)
f. Komunikasi Signal (1 JP)
g. Aplikasi Lapangan (30 JP)
3. Rescuer Muda-2 (50 JP)
Waktu : 5 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 % Prerequisite
Materi
a. ESAR ( 4 PM)
Pengenalan Nay., PPM, Survival, dan teknik Pencarian
b. Medical First responder ( 9 JP)
c. Teknik Evakuasi ( 6 JP)
d. Komunikasi signal ( 1 JP)
e. Aplikasi Lapangan (30 JP)
4. Jungle Search and Rescue technique (80 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Navigasi Darat (10 JP)
b. Medical First responder ( 8 JP)
c. Teknik Pencarian ( 8 JP)
d. Teknik Evakuasi ( 7 JP)
e. Prosedur Operasi Heli ( 4 JP)
f. Survival dan Signal ( 3 JP)
g. Aplikasi Lapangan (40 JP)
5. High Angle Rescue Technique (80 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Faktor Keselamatan;
b. Penggunaan peralatan dan perawatannya;
c. Pengetahuan tali, perawatan dan pembuatan simpul;
d. Anchoring dan Belaying;
e. Rappeling dan Ascending;
f. One Person rescue Technique ;
g. Lowering (inside & overhead anchor);
h. Lowering and Mechanical Advantage System;
i. Highline & Slope Evacuation.
6. Close / Open Water Rescue
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek : 70 %
Prerequisite : MFR 2 (CPR & Patient-Assessment)
Materi :
a. Pengantar dan faktor keselamatan di air;
b. Kedaruratan dan standart prosedur penanganan;
c. Pengenalan arus;
d. Personal floation device dan self rescue;
e. Metode pertolongan di air;
f. Teknik stabilisasi dan membawa korban
7. T.O.T. SAR (60 JP)
Waktu : 8 hari
Peserta : 20 orang
Kelas : 30 %
Praktek :70 %
Prerequisite : High Angle Rescue, Jungle rescue, water rescue
Materi :
a. Informasi dan instruksi;
b. Komunikasi dan kemampuan di depan kelas;
c. Menentukan maksud dan tujuan;
d. Merencanakan pelajaran;
e. Mempergunakan alat-alat instruksi visual;
f. Cara memberikan instruksi;
g. Manajemen pelatihan;
h. Outdoor activity (SAR skill)
i. Praktek pengajaran.